Sunday, December 1, 2019

Keutamaan Ilmu daripada Harta

Keutamaan Ilmu daripada Harta oleh Syaikh Muhammad Abu Zahrah dari Abu Hasan, Ali bin Abi Thalib ra.

Sunday, October 27, 2019

Menikah: diantara Rindu, Galau dan Iman

Seorang sahabat ditanya oleh Rasulullah, "Wahai Fulan, tidakkah kau berkeinginan menikah?"

Sontak saja sahabat itu terkejut. Lalu iya menjawab pertanyaan Rasul dengan pertanyaan pula, "Siapa yang tidak berkeinginan menikah ya, Rasulullah? Siapa pula yang mau menikah dengan saya ya Rasulullah?"

Saturday, October 26, 2019

Sebuah puisi

Mendambamu Lewat Pena

Oleh: Ana Nasir

Aku mendoamu tersebab lantunan toyyibah
Aku mendambamu tersebab santun pekerti
Mencintamu dalam doa, taklah sia-sia

Syair-syair tercipta dalam kesendirian berteman hujan
Huruf-huruf menari mengamini rasa terpendam
Kata demi kata lirih mengalun kalimat cinta

Aku,
Mencintaimu dalam diam
Menjeputmu dengan doa
Mendambamu lewat pena

Meski kutau,
Yang berlaku adalah takdir-Nya

Kamis, 17 Oktober 2019
Di hadapan rintik hujan


Friday, October 25, 2019

Al-Kahfi

Ini hari jumat. Kata Nabi saw., perbanyaklah shalawat di hari jum'at. Allahumma shalli wa sallim wa barik alaih.

Tapi kali ini aku mau cerita tentang satu surah di Al-Qur'an, yang jadi Surah Favorit-ku. Clue-nya, terdapat di Juz 15, surah ke-18.

Thursday, October 24, 2019

MELATIH HUSNUZHAN pada ALLAH

Kabinet menteri Indonesia Maju baru saja diumumkan dan dilantik. Netizen mulai diributkan dengan munculnya nama baru dalam kabinet, yang merupakan menteri termuda. Dialah Nadiem Makarim, yang tidak punya basic di dunia pendidikan, lalu diamanahkan menjadi menteri pendidikan.

Wednesday, October 23, 2019

KORELASI GALAU dan KADAR TAUHID

Pernah enggak sih, kita pengen sesuatu? Udah usaha keras sekali, karena ekspektasi kita tinggi terhadap sesuatu itu, ternyata malah hasilnya tak sesuai dengan yang kita harapkan.

Tuesday, October 22, 2019

Membudayakan Literasi sebagai warisan Ulama

Didedikasikan untuk semua santri di Indonesia

Santri Unggul, Indonesia Makmur.

Begitulah tagline yang meramaikan jagad maya untuk memeriahkan hari santri nasional.

Monday, October 21, 2019

PROPAGANDA JILBAB


Beberapa waktu lalu, timeline IG-ku diramaikan oleh pertanyaan, "Apakah hukumnya wanita shalat (berjamaah) di mesjid?"

Pict: Kegiatan ibu-ibu bakda Maghrib di Mesjid Silaturahim, Sari Rejo, Medan Baru

Wednesday, October 9, 2019

Jadi Guru Ngaji

"Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka ..."(QS. Al-Baqarah (2): 120)

Saturday, October 5, 2019

Cinta Serunai Azan

Ada yang tak biasa hari ini. Lebih tepatnya, pemilik suara azan itu bukanlah bilal yang biasa. Kujawab setiap kalimat sesyahdu lantunannya. Begitu saja, selepas melantunkan doa selesai azan, bibir mengucap sebaris doa.

Tuesday, August 27, 2019

Bumi Manusia: Perlukah Menggugat Mas Hanung?



Adakah yang seperti kami? Ketika detik awal di mulai dan narator menyuruh penonton berdiri, tapi kami (para penonton malah saling berbisik). Atau malah semua di semua studio pemutaran film ini ada kejadian itu? (Sungguh tipis sekali nasionalisme kalian, bung)

Kalau disuruh ingat detail film berdurasi hampir 3 jam kayaknya ... (twing twing), entah pulak ada yang masuk di dalam malah tidur ya, kan?

Harus kuakui, dari banyak novel legend, Bumi Manusia adalah mahakarya yang paling kutunggu untuk naik layar. Bahkan, walaupun aku belum pernah sempat membaca novelnya secara utuh. So, kali ini aku akan nulis sesuatu yang memang tentang filmnya, berharapnya sih jadi alasan untuk baca bukunya plus milik sendiri.

Tapi, sejak awal dapat info kalau Iqbaal bakal merankan Minke, aku sebenarnya udah mikir berulang kali untuk nonton filmnya. Padahal udah ditunggu bertahun-tahun. Bukan karena Iqbaal enggak berbakat, bahkan dia udah sangat total sekali untuk benar-benar bisa membuat film ini laku di pasar. Tadinya aku berfikir, karakter Minke yang diperankan Iqbaal bakal menye-menye ala anak milenieal supaya film ini semakin menarik dan tokohnya (yang masih dibayang-bayangi Dilan) semakin kuat sebagai tokoh Central. Setidaknya itu yang kutangkap dari membaca bukunya random, Minke Pangemann adalah tokoh utama cerita.

Tapi bener riviewan orang-orang, film ini malah menunjukkan bahwa si Nyai itu yang lebih dominan.

Setelah tapi-tapi di atas, aku mau memfokuskan pada scene dimana gema takbir mengiasi ini film. Aku pribadi jauh lebih merinding pas di sini dibanding saat lagu "Indonesia Raya" diputar. Jadi kayak atur posisi duduk, melihat lebih cermat dan detail lagi (sama sekali enggak bermaksud mencari kesalahan, awalnya). Dan yang terbayang itu, "Perempuan Berkalung Sorban", "Tanda Tanya", "Ayat-ayat Cinta", mahakarya Mas Hanung Bramantyo-lah yang sempat menuai kritik pedas karena menyiratkan kedangkalan pemahamannya tentang Islam. Yes.

Singkat cerita, akhirnya Pengadilan Agama ikut campur dengan masalah yang menimpa Nyai, dengan mengeluarkan sertifikat bahwa pernikahan Minke dan Annelis "sah". But, Jika kalian perhatikan dan enggk harus detail, saat Minke mengucap akad dalam bahasa Jawa itu, saksinya adalah si dokter keluarga, dan temannya Jean. 

Sumpah, ini jadi alasan utama kali aku harus baca bukunya. Atau boleh jika yang udah baca mengklarifikasi, apakah si Dokter itu Islam dan Jean juga? Atau malah Mas Hanung pande-pandean membuat seakan-akan dua tokoh yang kuragukan itu sebagai saksi utama pernikahan Minke dan Annelis?

Sepemahananku, pernikahan dengan saksi beragama non-muslim itu tidak syah secara syariat. Bahkan meski ia Muslim sekalipun, tapi tidak mengerjakan kewajibannya sebagai Muslim, seperti shalat lima waktu  misalnya. Momen ini, buat jidat agak bekerut untuk beberapa waktu, yang tadinya pasang posisi duduk terbaik, jadi mulai gondok dan mikir, "Mas Hanung, kau buat kesalahan lagi!"

Terlebih saat seorang orator unjukrasa berujar, "ini bukan tentang Nyai, ini tentang hukum Islam yang dilecehkan?"

Jadi penasaran gitu, emangnya si Minke nulis apa di artikelnya sampe menyulut amarah massa dan melibatkan kyai, yang akhirnya malah tertembak mati, menghadang tentara Belanda yang hendak menjeput paksa Annelis. 

Aku enggak ujuk-ujuk bilang ini kesalahan Mas Hanung, bisa jadi memang Pak Pram mendeskripsikan sampai seheroik itu tanggapan massa membaca tulisan Minke di koran, sehingga membangkitkan ghirah muslim menentang pengadilan Belanda yang sudah pasti berseberangan sekali dengan hukum Islam yang diamandemenkan langsung dalam Al-Quran.

Yes, ini jadi alasan kuat buat aku harus baca bukunya sih.

Bravo banget buat Mas Hanung yang sudah bersusah payah agar adaptasi Bumi Manusia ini naek layar. Mas Hanung berulangkali berpesan, "Nanti nanti dulu nonton hollywood bollywood, film Indonesia banyak kok yang bagus."

Walaupun, Iqbaal harusnya bisa dibuat lebih kuat lagi di sini, supaya Dilan tidak terus membayang-bayangi sosoknya yang pintar dan menjstuhkannya dari nominasi aktor muda berbakat. Kita sama-sama tau, Iqbaal punya peran besar di sini, setidaknya agar naskah berat karya Pak Pram ini diminati penonton.


Finally, setiap mahakarya diciptakan bukan hanya untuk dinikmati, tapi juga dikritisi. Satu-satunya mahakarya yang tidak boleh dikritisi adalah mahakarya Allah. Semacam, "Ana, kamu cantik sempurna. Karena kamu ciptaan Allah". Apaan sih? (Dilarang keras ketawa)

Saturday, August 17, 2019

Amin Paling Serius

Kalau sampai hari ini begitu banyak pencapaian yang sudah kuraih, kalau saat ini aku bisa lulus dan bangkit dari banyak luka dan kegagalan yang pernah singgah, itu bukan karena aku hebat, tapi karena Allah Maha Hebat dan Menghebatkanku. Walaupun tak jarang putus asa merayu-rayu, pun keluhan membersamai, semata-mata aku seperti ini karena Allah. Dihebatkan Allah adalah karunia yang mensyukurinya diiringi keluhan, seakan mengamini kesabaranku ada batasnya. Meski seyogyanya, sabar yang merupakan nasihat paling menyebalkan itu adalah sikap yang kuotanya unlimitied. Bukan hanya unlimited, jaringannya juga harus bebas hambatan, tidak boleh hilang bahkan melemah meski terdampar di daerah paling terpencil sekalipun. Dengan begitu, syukur bukan lagi menjadi kewajiban yang seringkali dilupakan.

Pun, Muhammad saw., sang Qudwah hasanah, yang hutang kepadanya jauh lebih besar dari hutang seorang anak pada orang tuanya. Sebab beliau saw., bukan hanya membimbing jalan keabadian, beliau saw., telah merindui aku, kamu dan kita jauh bahkan sebelum ruh mengikat janji pada Sang Khalik. Semoga shalawat dan salam senantiasa tercurah padanya, keluarganya, sahabat-sahabatnya dan semua umat yang senantiasa menjaga sunnahnya. Aamiin.

Lagi-lagi doa yang sama. Sampai-sampai pikiran liar dan jahatku berbisik, tak satupun dari doa itu yang diijabah padahal sudah berulang sejak tahun lalu, tahun lalu, tahun lalu, lalu, lalu dan lalu lalu lagi. Lalu aku tertampar oleh sebuah petikan:

"Pemuda, berhenti bergalau ria perkara jodoh. Dia pasti, pun ajal. Sedang ajal adalah sesuatu yang paling dekat denganmu."

Bahkan, tak jarang sindiran kalimat ini menyapa, "Na, jangan pilih-pilih kali"

Rabbi ...
Jika bukan keluar dari mereka yang lebih tua, udah mau dicabein rasanya. Masak iya, enggak boleh milih untuk ibadah seumur hidup?

Kuinsyafi diri, tentang kabar dari Rasulullah saw., "Kudapati banyak penghuni neraka dari perempuan."

Rupanya Allah masih menjagaku, sebab aku pun khawatir aku belum bisa taat dan menjadi satu diantara yang dikabarkan Rasul itu.

Bukankah, seberapa pun kita mengenal diri kita, Allah jauh lebih Tahu?


Barakallah fil umurik, Aku.
Terima kasih untuk semua doa, untuk semua yang sudah ingat, untuk semua yang sudah membersamaiku sejauh ini. Kalian tak ubahnya perantara yang sengaja Allah hadirkan untuk menghebatkanku, meraih tanganku saat terjatuh, dan membimbingku selagi lemah, futur dan kufur.

Ini bukan tentang momen bahagia, tapi ini tentang sesuatu yang sudah semakin mendekat. Tak ada yang tau sampai batas mana, bisa jadi beberapa tahun lagi, atau hanya setahun, atau sebulan, atau bahkan beberapa selang waktu sejak tulisan ini selesai.

Maka benarlah Rasulullah saw., yang mencontohkan untuk senantiasa bermuhasabah. Sebanyak apa bekal yang sudah dikumpul untuk perjalanan yang lebih panjang? Shalihah isn't enough, sebab salah satu misi dakwah Rasul adalah menjadi Muslih-Muslihah. Shalih dan menshalihkan.

Berat...
Pasti.
Terlebih ini memasuki tahun kedua tanpa ayah. Mewek lagi, kan??

"Udah selesai perkara ayah. Ini tentang kita kak." Bentak si Bungsu kami beberapa hari lalu. Ketika tanpa sengaja perkara ini kembali kuungkit.

Ah,
Lagi-lagi dewasa bukan perkara usia.
Maka amin ku kali ini memang serius. Tentang cita-cita yang belum berjodoh, hutang yang belum terbayar dan janji yang belum ditepati.

Dan berkah itu ditandai dengan semakin menunduknya ketaatan, dan semakin merebaknya kasih sayang.

Selamat Ulang tahun, aku. Dirgahayu NKRI 🇮🇩🇮🇩

Thursday, March 21, 2019

Hilirisasi


Hilirisasi dan Perdagangan berbasis Koperasi, Bukan Mimpi

Apa yang ada dalam fikiran kita saat mendengar kata Koperasi’ ?
Kalo aku langsung teringat sebuah unit usaha yang menyediakan barang kebutuhan pribadi dengan harga miring, dan bisa dibayar di akhir bulan. (ematicon senyum). Lintasan fikiran ini bukan tanpa dasar, sebab aku menghabiskan masa kecil di daerah perkebunan yang rata-rata karyawannya memenuhi kebutuhan pokok dari koperasi semacam ini.
Kalau pedagang kecil sekarang, ditanya tentang Koperasi’, bisa jadi yang terlintas adalah koperasi simpan pinjam, yang pembayarannya dicicil per hari, dengan beban sesuai pinjaman. Dan memang, model koperasi semacam ini sudah mendominasi pemodalan pedagang kecil di hampir seluruh pelosok daerah di Sumatera Utara. Fenomena ini, aku pribadi memandangnya dari sudut pandang, baik-buruk.
Dari sisi baiknya, pastilah hal yang patut disyukuri, keberadaaan koperasi simpan pinjam ini sudah banyak membantu masyarakat Indonesia untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Terkhusus mereka yang kesulitan mencari pekerjaan karena minimnya pendidikan yang didapat, dan tidak adanya aset yang bisa dijadikan jaminan untuk mendapatkan modal usaha yang lebih besar.
Sedang dari sisi buruknya, mungkin lebih ke sisi keyakinan, terkhusus yang Muslim. Sebab, sistem peminjaman dengan koperasi selalu melebihkan pengembalian uang yang dipinjam. Atau setidaknya, uang yang diterima tidak penuh sesuai dengan nominal yang dipinjam, namun si peminjam harus mengembalikan dengan nominal sesuai perjanjian pinjaman. Hal ini masih dalam pokok bahasan riba, dimana dalam ajaran Islam, berkali-kali dijelaskan tentang bahaya riba baik dalam kehidupan di dunia maupun di akhirat. (Kok jadi ceramah pulak, sambil tepok jidat).
                Oke...
                Mari kita kembali ke bahasan utama. Hilirisasi dan perdagangan berbasis koperasi, bukan mimpi. Aku berani mengatakan ini bukan mimpi, sebab berdasarkan faktanya, negara-negara tetangga sudah membuktikannya. Bahkan, di awal masa kemerdekaan Indonesia, koperasi mempunyai peran besar dalam membangun ekonomi bangsa. Selanjutnya, kita kenal salah satu proklamir Indonesia, Bng Hatta, sebagai Bapak Koperasi Indonesia.
                Sebut saja Jepang dengan koperasi pertaniannya, demikian pula Thailand dengan koperasi yang sama. Bahkan, yang lebih mengejutkan, negara tetangga dengan sistem ekonomi terbaik dalam kacamata dunia, Singapura, juga menjadikan koperasi sebagai tonggak pemodalannya. Lalu kenapa, kita yang sejak awal merdeka sudah dikenalkan dengan koperasi, hari ini malah terkesan enggan meski hanya memimpikannya?
                Tak dinyana, hancurnya elektibilitas koperasi di Indonesia tersebab kepercayaan kita pada koperasi. Dan terus terang kukatakan, yang paling bertanggungjawab atas ini adalah media. Sebab seperti dituturkan Pak Rully Indrawan (Deputi Bidang Kelembagaan Kemenkop UKM), seringkali medialah yang memunculkan berita negatif tentang koperasi; mengabarkan tentang agent koperasi yang dipenjara karena menggelapkan uang, dan pelanggaran-pelanggaran serupa.
                Kesimpulannya,Mari kita benahi bersama, karena Republik ini negara kita.