Saturday, August 17, 2019

Amin Paling Serius

Kalau sampai hari ini begitu banyak pencapaian yang sudah kuraih, kalau saat ini aku bisa lulus dan bangkit dari banyak luka dan kegagalan yang pernah singgah, itu bukan karena aku hebat, tapi karena Allah Maha Hebat dan Menghebatkanku. Walaupun tak jarang putus asa merayu-rayu, pun keluhan membersamai, semata-mata aku seperti ini karena Allah. Dihebatkan Allah adalah karunia yang mensyukurinya diiringi keluhan, seakan mengamini kesabaranku ada batasnya. Meski seyogyanya, sabar yang merupakan nasihat paling menyebalkan itu adalah sikap yang kuotanya unlimitied. Bukan hanya unlimited, jaringannya juga harus bebas hambatan, tidak boleh hilang bahkan melemah meski terdampar di daerah paling terpencil sekalipun. Dengan begitu, syukur bukan lagi menjadi kewajiban yang seringkali dilupakan.

Pun, Muhammad saw., sang Qudwah hasanah, yang hutang kepadanya jauh lebih besar dari hutang seorang anak pada orang tuanya. Sebab beliau saw., bukan hanya membimbing jalan keabadian, beliau saw., telah merindui aku, kamu dan kita jauh bahkan sebelum ruh mengikat janji pada Sang Khalik. Semoga shalawat dan salam senantiasa tercurah padanya, keluarganya, sahabat-sahabatnya dan semua umat yang senantiasa menjaga sunnahnya. Aamiin.

Lagi-lagi doa yang sama. Sampai-sampai pikiran liar dan jahatku berbisik, tak satupun dari doa itu yang diijabah padahal sudah berulang sejak tahun lalu, tahun lalu, tahun lalu, lalu, lalu dan lalu lalu lagi. Lalu aku tertampar oleh sebuah petikan:

"Pemuda, berhenti bergalau ria perkara jodoh. Dia pasti, pun ajal. Sedang ajal adalah sesuatu yang paling dekat denganmu."

Bahkan, tak jarang sindiran kalimat ini menyapa, "Na, jangan pilih-pilih kali"

Rabbi ...
Jika bukan keluar dari mereka yang lebih tua, udah mau dicabein rasanya. Masak iya, enggak boleh milih untuk ibadah seumur hidup?

Kuinsyafi diri, tentang kabar dari Rasulullah saw., "Kudapati banyak penghuni neraka dari perempuan."

Rupanya Allah masih menjagaku, sebab aku pun khawatir aku belum bisa taat dan menjadi satu diantara yang dikabarkan Rasul itu.

Bukankah, seberapa pun kita mengenal diri kita, Allah jauh lebih Tahu?


Barakallah fil umurik, Aku.
Terima kasih untuk semua doa, untuk semua yang sudah ingat, untuk semua yang sudah membersamaiku sejauh ini. Kalian tak ubahnya perantara yang sengaja Allah hadirkan untuk menghebatkanku, meraih tanganku saat terjatuh, dan membimbingku selagi lemah, futur dan kufur.

Ini bukan tentang momen bahagia, tapi ini tentang sesuatu yang sudah semakin mendekat. Tak ada yang tau sampai batas mana, bisa jadi beberapa tahun lagi, atau hanya setahun, atau sebulan, atau bahkan beberapa selang waktu sejak tulisan ini selesai.

Maka benarlah Rasulullah saw., yang mencontohkan untuk senantiasa bermuhasabah. Sebanyak apa bekal yang sudah dikumpul untuk perjalanan yang lebih panjang? Shalihah isn't enough, sebab salah satu misi dakwah Rasul adalah menjadi Muslih-Muslihah. Shalih dan menshalihkan.

Berat...
Pasti.
Terlebih ini memasuki tahun kedua tanpa ayah. Mewek lagi, kan??

"Udah selesai perkara ayah. Ini tentang kita kak." Bentak si Bungsu kami beberapa hari lalu. Ketika tanpa sengaja perkara ini kembali kuungkit.

Ah,
Lagi-lagi dewasa bukan perkara usia.
Maka amin ku kali ini memang serius. Tentang cita-cita yang belum berjodoh, hutang yang belum terbayar dan janji yang belum ditepati.

Dan berkah itu ditandai dengan semakin menunduknya ketaatan, dan semakin merebaknya kasih sayang.

Selamat Ulang tahun, aku. Dirgahayu NKRI 🇮🇩🇮🇩

2 comments: