Thursday, March 21, 2019

Hilirisasi


Hilirisasi dan Perdagangan berbasis Koperasi, Bukan Mimpi

Apa yang ada dalam fikiran kita saat mendengar kata Koperasi’ ?
Kalo aku langsung teringat sebuah unit usaha yang menyediakan barang kebutuhan pribadi dengan harga miring, dan bisa dibayar di akhir bulan. (ematicon senyum). Lintasan fikiran ini bukan tanpa dasar, sebab aku menghabiskan masa kecil di daerah perkebunan yang rata-rata karyawannya memenuhi kebutuhan pokok dari koperasi semacam ini.
Kalau pedagang kecil sekarang, ditanya tentang Koperasi’, bisa jadi yang terlintas adalah koperasi simpan pinjam, yang pembayarannya dicicil per hari, dengan beban sesuai pinjaman. Dan memang, model koperasi semacam ini sudah mendominasi pemodalan pedagang kecil di hampir seluruh pelosok daerah di Sumatera Utara. Fenomena ini, aku pribadi memandangnya dari sudut pandang, baik-buruk.
Dari sisi baiknya, pastilah hal yang patut disyukuri, keberadaaan koperasi simpan pinjam ini sudah banyak membantu masyarakat Indonesia untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Terkhusus mereka yang kesulitan mencari pekerjaan karena minimnya pendidikan yang didapat, dan tidak adanya aset yang bisa dijadikan jaminan untuk mendapatkan modal usaha yang lebih besar.
Sedang dari sisi buruknya, mungkin lebih ke sisi keyakinan, terkhusus yang Muslim. Sebab, sistem peminjaman dengan koperasi selalu melebihkan pengembalian uang yang dipinjam. Atau setidaknya, uang yang diterima tidak penuh sesuai dengan nominal yang dipinjam, namun si peminjam harus mengembalikan dengan nominal sesuai perjanjian pinjaman. Hal ini masih dalam pokok bahasan riba, dimana dalam ajaran Islam, berkali-kali dijelaskan tentang bahaya riba baik dalam kehidupan di dunia maupun di akhirat. (Kok jadi ceramah pulak, sambil tepok jidat).
                Oke...
                Mari kita kembali ke bahasan utama. Hilirisasi dan perdagangan berbasis koperasi, bukan mimpi. Aku berani mengatakan ini bukan mimpi, sebab berdasarkan faktanya, negara-negara tetangga sudah membuktikannya. Bahkan, di awal masa kemerdekaan Indonesia, koperasi mempunyai peran besar dalam membangun ekonomi bangsa. Selanjutnya, kita kenal salah satu proklamir Indonesia, Bng Hatta, sebagai Bapak Koperasi Indonesia.
                Sebut saja Jepang dengan koperasi pertaniannya, demikian pula Thailand dengan koperasi yang sama. Bahkan, yang lebih mengejutkan, negara tetangga dengan sistem ekonomi terbaik dalam kacamata dunia, Singapura, juga menjadikan koperasi sebagai tonggak pemodalannya. Lalu kenapa, kita yang sejak awal merdeka sudah dikenalkan dengan koperasi, hari ini malah terkesan enggan meski hanya memimpikannya?
                Tak dinyana, hancurnya elektibilitas koperasi di Indonesia tersebab kepercayaan kita pada koperasi. Dan terus terang kukatakan, yang paling bertanggungjawab atas ini adalah media. Sebab seperti dituturkan Pak Rully Indrawan (Deputi Bidang Kelembagaan Kemenkop UKM), seringkali medialah yang memunculkan berita negatif tentang koperasi; mengabarkan tentang agent koperasi yang dipenjara karena menggelapkan uang, dan pelanggaran-pelanggaran serupa.
                Kesimpulannya,Mari kita benahi bersama, karena Republik ini negara kita.