Friday, August 11, 2017

Lampuki: Masih tentang Aceh.



koleksi google image


Entah ini kebetulan, tapi ini novel ketiga yang secara  berurutan lagi-lagi membahas Aceh. Setidaknya setelah ‘Codex’, bisa baca riview-nya di Sini . Kemudian ‘Secangkir Kopi Untuk Relawan’, bisa liat hasil curhatanku di Sini juga.

Secangkir Kopi Untuk Relawan

Secangkir Kopi Untuk Relawan

koleksi google image


                Ini Novel Fact Story. Aku bukan tipikal orang yang melankolis, tapi aku akui aku jadi baper pas baca ini Novel. Bukan karena mereka-reka wajah dibalik kacamata Mas Wahid si tokoh utama yang digambarkan nyaris sempurna. Tapi orang-orang yang menisbatkan jiwa dan raganya untuk menjadi Relawan itu memang jumlahnya sedikit. Bahkan, separuh dari jumlah keseluruhan Relawan sebuah LSM belum tentu memiliki jiwa malaikat ini. (Pengalaman pribadi soalnya, tiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiit). Bisa jadi ada niatan lain di sela-sela aktifitas kerelawannya; apakah numpang eksis, mengisi waktu luang, ikutan teman, atau atau atau ada some one like you yang lagi diincar.

Riview Codex: Novel adalah cara baru untuk menyampaikan kebenaran

koleksi google image

Novel ini diterbitkan pertama kali pada Mei 2010. Meski sudah memasuki tahun ke delapan sejak cetakan pertamanya diedarkan, apa yang diungkapkan novel ini rasanya semakin nyata untuk kondisi sekarang. Penulisnya berhasil membuat adrenalinku semakin bersemangat menjadikan novel sebagai media dakwah

Sekolah Alam Langit Biru; Pilihan untuk pendidikan anak-anak kita


                Sekolah Alam memang bukan sistem baru dalam dunia pendidikan. Kenyataannya, sistem pendidikan berbasis Sekolah Alam pertama kali dicetuskan pada tahun 1998, pasca Era Orde Baru. Hanya saja, untuk daerah Sumatera Utara sistem pendidikan seperti ini masih tergolong baru. Untuk kota Medan khususnya, sekolah-sekolah berbasis Yayasan yang menerapkan sistem Fulldays School masih menjadi pilihan kebanyakan orang tua untuk anak-anaknya.

Wednesday, August 2, 2017

Tetanggaku harimauku



Kalau ingat cerita orang dulu, selalu saja pemeran antagonisnya itu tetangga. Yah, enggak jauh beda sama cerita Sinetron “Tukang Bubur Naik Haji” itu yang akhirnya tamat juga. Hampir komplit banget tuh cerita, kalau mamaku bilang, itu persis kehidupan masyarakat di kampung. Sampai-sampai tetangga kami yang suka usil sama tetangga disebut-sebut sebagai Haji Muhidinnya.

Jupe: Mengukir Nama setelah Kematian



Julia Perez, yang kemudian akrab disapa dengan Jupe, adalah sosok yang tiba-tiba menjadi menarik perhatianku justru setelah kematiannya. Yah, karena sebagai penikmat film Indonesia hanya ada satu filmnya yang pernah ku tonton dengan setengah hati: Rumah Bekas Kuburan. Setengah hati sebab film ini kudapat dari situs tak resmi dari teman ke teman.

Niat

Inna a’malu bin niah

Hari itu, saat rencana hijrah ke Madinah, seorang sahabat menemi Rasulullah SAW. Tak dinyana si sahabat pun mengadu kepada Rasulullah SAW., “Yaa Rasulullah, sesungguhnya si Fulan ikut berhijrah karena ia menaruh hati pada si Fulanah.”

Catatan Mozaik Mudik: Sinetron Berkah Cinta



Lebaran emang selalu identik dan berdampingan dengan istilah mudik. Begitupun aku, aku mudik justru di saat bulan belum lagi membentuk purnama Ramadhan. Sudah barang tentu aku tak merasakan kehabisan tiket, atau berdesak-desakan di terminal. Bagaimanapun, kembali pulang ke rumah orang tua dan bertemu sanak saudara adalah momen yang paling ditunggu oleh setiap perantau.

Bisakah orang tua durhaka pada anaknya?

 Legenda Malinkundang mungkin sudah tidak setenar anak yang lahir tahun 90-an ke bawah. Dulu legenda tentang anak durhaka ini selalu menjadi semacam doktrin untuk berbakti kepada orang tua. Namun belakangan, kisah-kisah serupa mulai redup bagai di telan zaman.