Lebaran emang selalu identik dan berdampingan dengan istilah mudik.
Begitupun aku, aku mudik justru di saat bulan belum lagi membentuk purnama
Ramadhan. Sudah barang tentu aku tak merasakan kehabisan tiket, atau
berdesak-desakan di terminal. Bagaimanapun, kembali pulang ke rumah orang tua
dan bertemu sanak saudara adalah momen yang paling ditunggu oleh setiap
perantau.
Berlibur, berarti
membebaskan diri dari rutinitas. Seperti pula aku, aktifitas menonton TV
bersama keluarga yang hampir tidak pernah ku lakukan di tanah rantau akan
mengisi jadwal liburan selama mudik. Berhubung kali ini aku punya waktu sekitar
sebulan penuh bersama keluarga, sudah pasti rutinitas orang tualah yang menjadi
rutinitas baru. Termasuk mengikuti jalan cerita sinetron di TV.
Entah hanya mamaku, atau
ada ibu-ibu lain yang punya kebiasaan sama. Tapi aku memang suka sidikit kesal,
setiap nelpon di saat sinetronnya sedang tayang, maka jangan harap kita akan
didengar atau mendengarkan kabarnya. Karena apa? Karena yang kita dengar
hanyalah tentang sinetronnya ini.
Nah, sampai tulisan ini
dibuat, aku tidak tahu apakah salah satu sinetron yang disukai mama di kampung
masih ada. Tapi ingin berbagi kritik tentang satu sinetron yang kata mama,
pemeran prianya itu ganteng...
Sinetron ini diberi judul
“Berkah Cinta”. Aku hampir tidak mengenal kebanyakan pemainnya. Kalau pun ada
yang masih tetap eksis mungkin Meriam Belina. Aku pun tidak yakin tulisan ini
dibuat untuk mengkritik atau apa, tapi yang jelas aku hanya ingin menumpahkan
sebagian dari isi kepala yang sedikit menambah berat badanku...
#Eeeeeeeeeaaaaaaaaaaaa
Ada yang menarik di
sinetron ini sebenarnya. Ini tentang sosok Pratama, yang justru bukan pemeran
utama di sinetron ini. Pratama adalah sosok antagonis, pebisnis sukses yang
hampir menghalalkan segala cara. Namun demikian, seorang Pratama yang begitu
kuat ternyata dapat lemah juga.
Pratama lemah saat harus
berhadapan dengan perempuan. Apakah perempuan itu dua adik kandungnya. Atau
gadis yang sangat dicintainya. Kalau pun ada perempuan yang tidak bisa
meluluhkan hati seorang Pratama Wirayuda, maka perempuan itu adalah ibu
kandungnya sendiri.
Entahlah, karena hanya
mengikuti sepenggal kisahnya selama liburan di rumah. Tapi setidaknya sinetron
dengan pilihan judul yang sangat manis ini sebenarnya sedang mengajarkan
tentang bagaimana cinta berperan dalam keluarga. Cinta seorang kakak kepada
adik-adiknya, saat ditinggal dan ditelantarkan oleh orang tua mereka.
Romantisme antara Erros
dan Tania bisa jadi hanyalah selingannya. Kehadiran Pratama di antara mereka
jelas menjadi masalah, tapi bukan itu intinya. Penjelasannya justru bagaimana
Pratama berjuang menaklukkan hati Tania yang sudah terpaut dengan Erros, justru
di tengah-tengah kecintaannya yang tak terbatas pada kedua adiknya.
Namun...
Sinetron ini menjadi
kurang menarik, justru dengan sikap kasar Pratama pada ibunya. Jadi pengen
ceramah kalau ingat setiap adegan Pratama dengan ibunya. Apapun itu, bahkan
Pratama tak pernah menatap apalagi memanggil ‘Ibu’ kepada Ibu kandung yang
konon di ceritakan telah menelantarkan Pratama dan adik-adiknya di aktu kecil
Entahlah, entah sinetron ini sudah selesai atau justru
ratingnya makin naik, sehingga jalan ceritanya diperpanjang. Tapi jika aku
diberi kesempatan untuk mengakhiri ceritanya, aku lebih suka Pratama memaafkan
ibunya, dengan begitu akhirnya ia dapat mendapatkan Tania, satu-satunya
perempuan lain yang menjadi obsesi cintanya. Sedang Erros, yang kata mamaku
ganteng (Padahal lebih tampat Pratama lagi dengan bereoknya.... xixixi) biarlah
Sisil yang menjadi pelabuhan terakhirnya.
Ide cerita Get Merried masih sangat menarik menurutku.
Entah karena ide cerita itu sedikit mustahil, tapi tema cinta dan persahabatan
ini cukup menguras emosi dan membangun iri ama si Mae. Faktanya, persahabatan
itu justru berubah saat satu per satu personelnya mulai membangun negara
kecilnya masing-masing.
Aku rindu drama kolosal dulu. Angling Dharma, Karmapala,
Dendam Nyi Pelet, Jaka Tingkir, dan seterusnya. Aku jadi terfikir legenda
tentang Gajah Mada kemudian dikemas seperti drama Kolosal Korea seperti Moon
Lovers, dimana salah satu tokohnya didatangkan dari dunia sekarang. Atau
kisah-kisah terkenal seperti Siti Nurbaya, Malin Kundang dikemas seperti drama
kolosal Korea itu. Gimana ya kira-kira?
No comments:
Post a Comment