Sekolah Alam memang
bukan sistem baru dalam dunia pendidikan. Kenyataannya, sistem pendidikan
berbasis Sekolah Alam pertama kali dicetuskan pada tahun 1998, pasca Era Orde
Baru. Hanya saja, untuk daerah Sumatera Utara sistem pendidikan seperti ini
masih tergolong baru. Untuk kota Medan khususnya, sekolah-sekolah berbasis
Yayasan yang menerapkan sistem Fulldays School masih menjadi pilihan kebanyakan
orang tua untuk anak-anaknya.
Adalah Sekolah Alam
Langit Biru, berlokasi di Desa Limau Manis, Jl. Lokasi belakang Perumahan
Adamaris, kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara.
Sekolah yang berdiri sejak Tahun Ajaran 2015-2016 untuk TK, pada tahun ketiga
berdirinya telah berinovasi ke jenjang Sekolah Dasar, dengan siswa 4 orang TK
dan 2 orang SD, dengan dipegang langsung oleh 3 orang Fasilitator.
Sistem pendidikan
berbasis Sekolah Alam merupakan sistem pendidikan yang mengembalikan sistem
tumbuh kembang anak dalam dunia pendidikan kepada alam dan pengusahan langsung
orang tua. Dalam agenda Pertemuan Orang tua Murid dan Guru pertama pada hari
sabtu, 5 Agustus lalu , Ummi Fitrah selaku Kepala Sekolah sekaligus Fasilitator
menyampaikan bahwa program Bermain Bersama Orang Tua sebagai Program Unggulan
dari Sekolah Alam Langit Biru (Selabi).
Siswa Selabi sedang bermain bersama orang tua
Saat ditanya kenapa
siswa Selabi sedikit? di tempat terpisah Ummi Fitrah menjelaskan bahwa tujuan
utama Selabi memang bukan merekrut siswa sebanyak-banyaknya, tapi bagaimana
membangun kesadaran orang tua bahwa pendidikan anak bukan berarti menyerahkan
anak sepenuhnya kepada guru di sekolah, tapi bagaimana peran serta orang tua
dan pengalaman anak menjadi guru utama dalam tumbuh kembang anak.
Hari aktif belajar
siswa selabi, 5 hari dalam seminggu. Setiap pagi siswa dan Fasilitator akan
melakukan Welcoming, dengan melakukan permainan tradisional, doa belajar,
shalat dhuha bersama dan mengaji. Sebelum belajar biasanya para siswa akan
menikmati bekalnya masing-masing. Kegiatan belajar akan ditutup dengan ekskul
yang berbeda setiap harinya, dan bersih-bersih.
Adapun jadwal ekskul
Selabi; senin – Gardening/berkebun, selasa – Cooking Class, Rabu – Sains
Project, Kamis – Minat dan Bakat, dan Jumat – Kepanduan/Outbound. Di purnama
pertama belajar, siswa Selabi sudah melaksanakan Laskar Idol. Laskar Idol ini
adalah kegiatan kreatifitas olah vokal yang diikuti oleh seluruh siswa Selabi.
Sedangkan, pada jum’at, 11 Agustus 2017 kegiatan Outbound dilakukan dengan
permainan halang rintang melompati ban menuju panggung Tahfidz. Sesampainya di
panggung Tahfidz siswa akan unjuk gigi dengan hafalan terbarunya selama
seminggu terakhir. Bukan hanya itu, di minggu pertama belajar, siswa Selabi
juga sudah melakukan fieldtrip ke kolam renang. Faqih, siswa SD yang menjadi
ketua rombongan.
Sekolah Alam memang
pilihan pendidikan bagi orang tua yang menggugat sistem pendidikan formal di
Indonesia. Anak-anak bukan hanya diajak untuk belajar dari alam dan
pengalamannya, tapi lebih dekat dengan ciptaan Allah SWT. Kelebihan lain adalah
peran serta Fasilitator yang mendekatkan anak dengan gaya belajar yang sesuai
dengan kemampuan anak. Sebab pada dasarnya semua anak terlahir pintar, terlebih
bila diajarkan dengan pendekatan yang terbaik.
Untuk biaya
pendidikan, Selabi membebaskan biaya pendidikan alias gratis. Hanya saja, bila
Ayah-Bunda merasa pendidikan tidak ada yang Cuma-Cuma, boleh berinfaq. “Biaya
Pendidikan itu sifatnya wajib, artinya kalau tidak ditunaikan berdosa.
Sedangkan Infaq, membawa kebaikan pahala bila ditunaikan dan tidak ada resiko
apapun ketika tidak ditunaikan. Infaq ini tidak melulu materi, bisa dalam
bentuk apapun. Misal, ada orang tua siswa yang jago masak, silahkan jika ingin
berinfaq ilmunya di ekskul Cooking Class. Untuk catatan ladang amal ini bukan hanya
terbuka bagi orang tua siswa Selabi saja, tapi bagi siapapun. Silahkan,” jelas
Ummi Fitrah.
Bagaimana Ayah Bunda,
apakah Ayah Bunda setuju dengan sistem Pendidikan berbasis sekolah Alam? Bila
Ayah Bunda berada di Medan dan Sekitarnya, Sekolah Alam Langit Biru bisa
menjadi pilihan. Dari Simpang Amplas lokasi Selabi kurang lebih 3 kilometer.
Mengingat jalan Medan sekarang sedang renovasi besar-besaran, bisa dipastikan tahun
depan lokasi yang berada di luar kota Medan ini tidak terlalu jauh bukan?
Oiya, Selabi juga mempunyai sarana Outbound yang
bisa digunakan bersama untuk sekolah-sekolah atau lembaga pendidikan lain yang
memerlukan. “Tahun lalu, TK yang Outbound di sekolah kita, kita ajak main
tangkap ikan di kolam, dan main permainan tradisional aja,” kenang Ummi Fitrah.
Nah, Ayah Bunda boleh juga nih bawa si kecil main ke Selabi. Nanti akan dipandu
langsung sama siswa-siswa Selabi, looo^^
Waaa...jadi pingin sekolah di Selabi. :D
ReplyDeleteOiya, penasaran. Trus kalai uang skolahnya gratis n ada infaqnya, insentif untuk fasilitatotnya dari manakah? Atau sifatnya relawan juga?