Sunday, October 27, 2019

Menikah: diantara Rindu, Galau dan Iman

Seorang sahabat ditanya oleh Rasulullah, "Wahai Fulan, tidakkah kau berkeinginan menikah?"

Sontak saja sahabat itu terkejut. Lalu iya menjawab pertanyaan Rasul dengan pertanyaan pula, "Siapa yang tidak berkeinginan menikah ya, Rasulullah? Siapa pula yang mau menikah dengan saya ya Rasulullah?"



Rasulullah kemudian menyuruh sahabat itu bertemu Abu Bakar Assiddiq dan menyampaikan pesan, "Rasulullah melamar putri Abu Bakar untuk dirinya,"

Singkatnya, kemanusiawian Abu Bakar menolak lamaran laki-laki seperti si Fulan itu. Meskipun, lamaran itu disampaikan oleh Rasulullah.

Konon, sahabat itu adalah orang yang tak diperhitungkan para sahabat lainnya. Wajahnya pas-pasan, pun kehidupannya.

Abu Bakar tersadar setelah putrinya yang dilamar mengingatkan ayahnya. Diterimalah lamaran. Lalu Rasul menyuruh kembali sahabat ini menemui Umar, Utsman dan Ali untuk membantunya dalam proses pernikahan secara finansial.

Terkumpullah tiga ratus dirham emas untuk melaksanakan pernikahan. Namun, belum sampai hajat diberlangsungkan. Panggilan jihad datang.

Si Fulan ini memilih berangkat. Qadarullah, ia syahid. Tapi sampai Rasulullah menanyakannya, tak satupun sahabat yang mengingatnya atau mengetahui keberadaannya.

Setelah menemukan jasadnya Rasul tampak bersedih, lalu tersenyum. Perlakuan Rasul ini menimbulkan tanya para sahabat lainnya.

Rasul menjawab, "Aku bersedih, karena ia belum lagi melaksanakan pernikahan yang dinantinya. Kemudian aku tersenyum, karena kulihat bidadari surga berebutan memangku kepalanya."

Sampailah kabar kematian sahabat ini kepada putri Abu Bakar. Katanya pada ayahnya, "Wahai Ayah, lihatlah, ternyata aku pun tak pantas menjadi pendampingnya. Sakin mulianya pemuda yang pernah dengan berat hati Ayah menerima lamarannya untukku."

***

Rukun iman itu ada enam. Salah satunya adalah iman kepada Qada dan Qadar.

Rukun ini menyangkut hadits nabi saw. yang termaktub dalam kitab Al Wafi fi syahril Arbain Nawawi halaman 20. Hadits panjang ini diantaranya berisi tentang ketetapan bahwa rezeki, jodoh dan maut sudah ditetapkan oleh Allah swt. sejak zaman azali.

Artinya?

Ketika galau menghampiri, baper menyapa, dan resah menjadi sahabat setia, saat pertanyaan ini mulai sering menyapa:

"Kapan nikah?"
"Mau kapan lagi?"
"Jangan pilih-pilih kali,"

Ah, pertanyaan ini pasti meninggalkan bekas. Entah luka, entah perih, entah teriris-iris yang sebenarnya tanpa sadar merusak eksistensi keimanan kita.

Senyumin saja orang yang bertanya, jika kau tak kuasa menjawab, "Tanyakan pada Allah."

Sejatinya pun senyum akan susah, jika galau sudah bersarang. Kalo aku suka kesal kalo pas ada yang sampe bilang, "Jangan pilih-pilih kali, Na."

Bukan karena enggak ada yang mau dipilih. Tapi sejatinya, masak iya? Untuk ibadah sepanjang sisa hidup tak boleh memilih dengan siapa?

Sedang untuk masuk perguruan tinggi saja, kita diberi kebebasan memilih. Pun, pilihan itu bersyarat. Hanya orang yang memenuhi syarat yang akan diterima.

Mereka yang lebih dulu nikah boleh aja bilang, "tanda ia jodohmu Allah mudahkan prosesnya."

Tak melulu begitu, kan?

Naudzubillah, tapi bukankah mereka yang menikahnya karena MBA (Merried Because of Accident) prosesnya juga menjadi mendadak sangat mudah?

****

Untukmu yang namanya Tertulis untukku.

Konon, ada lima puluh tanda cinta. Termasuk di dalamnya; dahaga, sedih, tidak dapat tidur, derita dst. Ketika disimpulkan berasa nano-nano - rame rasanya.

Jadi, jika baru ada satu dua dari tanda itu jangan dulu menyimpulkan itu cinta. Tanyakan pada Sang Maha Cinta.

Pantaskah kita meresahkan diri kita, padahal Allah Maha Tahu, dan Pengetahuannya meliputi diri kita?

Ketika galau menyapa, berarti iman sedang bermasalah. Segera cari obat dari masalah ini.

Perbaiki kedekatan kita dengan yang Maha Memiliki Hidup.

Perbaiki kualitas diri. Pantaskan menjadi tamu surga yang dinanti.

Kelak, jika kesempatan taaruf menghampiri, tanyakan:

~ Mau dibawa kemana mahligai pernikahan?

Jawaban surga itu biasa. Lalu tanyakan:

~ Lewat jalan apa?

~ Dengan cara apa mentarbiyah keluarga?

Karena menikah adalah keberanian kita mengambil resiko bersama orang yang tidak kita kenali. Bahteranya mengarungi banyak gelombang, maka asah terus kebaikan . Tak ada doa khusus, karena doa adalah senjatanya orang mukmin. Berikhtiarlah, karena proses yang dinilai Allah.

Sejatinya, perempuan sekarang hampir tak butuh laki-laki. Jika untuk menanggungjawabi nafkahnya, perempuan sekarang banyak yang salery-nya lebih besar dari laki-laki.

Jika alasannya supaya aman, perempuan sekarang banyak yang jago karate.

Tapi alasan menikah tak cuma galau, usia, atau tuntutan sosial.

Maka pilihlah untuk ibadah sepanjang sisa hidup. Menikahlah demi melengkapi ketaatan pada Allah. Dan alasan-alasan lain, yang dengannya Allah ridha dan semakin menambah keimanan kita pada Allah.

Mencintai itu memberi, tanpa memaksa harus menerima. Belajarlah pada matahari, yang ketika panas diolok, ketika tak bersinar dicari-cari. Belajarlah pada gelombang pantai, apapun tulisan yang tertulis di pantai ia bagai tak peduli, karena ia akan segera menghapusnya. Dan Dzat yang paling berhak mendapatkan cinta itu adalah Sang Maha Cinta.

Tak payah risau dengan yang sudah ditetapkan-Nya. Tapi risaulah, ketika Dia tak lagi menyapa kita lewat masalah yang menguji syukur dan sabar kita. Seperti risaunya kita ketika ibadah tak lagi berbuah manis.

Adakah yang lebih benar janji-Nya dari Allah?

Bukankah esensi semua ubudiyah kita demi mengharap keridha-Nya?

Lalu kenapa membiarkan rindu mengikis keimanan? Membiarkan Cinta menurunkan level logika dan menaikkan level nafsu.

2 comments:

  1. Masha Allah sis, ada yang bikin mikir iya juga ya ...


    Terus sering juga dibilang jangan milih-milih. Padahal memang gak ada pilihan wkwkwk

    ReplyDelete
  2. MashaAllah. Dan aku temukan obat kegalauan ku di blog ini. Heheh

    ReplyDelete