Mengenal Allah
Makna Mengenal Allah
(Ma’rifatullah)
Ma’rifatullah
berasal dari kata ma’rifah dan Allah. Ma'rifah artinya mengetahui, mengenal.
Mengenal Allah bukan melalui zat Allah tetapi mengenal-Nya lewat tanda-tanda
kebesaran-Nya (ayat-ayat-Nya).
Pentingnya Mengenal Allah
·
Seseorang yang mengenal Allah pasti akan
tahu tujuan hidupnya, tujuan mengapa ia diciptakan (QS. 51 : 56) dan tidak
tertipu oleh dunia. Sebaliknya orang yang tidak mengenal Allah akan menjalani
hidupnya untuk dunia saja (QS. 47 : 12).
·
Ma’rifatullah merupakan ilmu yang
tertinggi yang harus dipahami manusia. Hakikat ilmu adalah memberikan keyakinan
kepada yang mendalaminya. Ma’rifatullah adalah ilmu yang tertinggi, sebab bila
dipahami akan member keyakinan mendalam. Memahami ma’rifatullah juga akan
mengeluarkan manusia dari kegelapan kebodohan kepada cahaya hidayah yang terang
(QS. 6 : 122).
·
Berilmu dengan ma’rifatullah sangat
penting, karena:
a. Berhubungan
dengan subjeknya, yaitu Allah
b. Berhubungan
dengan Manfaat yang diperoleh, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan, yang
dengannya akan diperoleh keberuntungan dan kemenangan.
Islam untuk Mengenal Allah
1. Lewat
Akal
Ayat
kauniyah / ayat Allah di ala mini:
·
Fenomena terjadinya alam. Setiap sesuatu
yang ada pasti ada yang mengadakan, begitu pula alam semesta ini, tentu ada
yang menciptakan (QS. 52 : 35)
·
Fenomena kehendak yang tinggi. Bila kita
perhatikan ala mini, kita akan menemukan bahwa ala mini tersusun dengan
rapinya. Hal ini menunjukkan bahwa di sana pasti ada kehendak yang agung yang
bersumber dari Sang Pencipta Yang Maha Pintar dan Bijaksana (QS. 67 : 3).
Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi, pergantian siang dan malam
terdapat ayat-ayat Allah agi orang-orang yang berakal (QS. 3 : 190)
·
Fenomena kehidupan (QS. 24 : 45). Kehidupan
berbagai makhluk hidup di atas bumi ini menunjukkan bahwa ada yang menciptakan,
membentuk, menentukan rizkinya dan meniup ruh kehidupan pada dirinya (QS.
29:20, 21:30). Bagaimanapun pintarnya manusia, tak akan sanggup menciptakan
seekor lalat pun (QS. 22: 73-74, 46:4).
·
Fenomena petunjuk dan ilham (QS. 20:50).
Ketika mempelajari alam semesta ini kita akan melihat suatu petunjuk yang
sempurna, dari yang sekecil-kecilnya sampai yang sebesar-besarnya. Dari sebuah
akar tumbuhan yang mencari air ke dasar bumi, hingga perjalanan tata surya ini
menunjukkan bahwa ada zat yang member hidayah (petunjuk) dan Al Qur’an
menerangkan bahwa ia adalah Allah Yang Menciptakan lalu member hidayah.
·
Fenomena pengabulan doa (QS. 6:63). Hal
ini yang logis bila seseorang ketika menghadapi bahaya mengahadap Allah dan
berdoa, walaupun ia orang yang kafir/musyrik (QS. 17:67, 10:22-23, 6:63-64)
Ayat
Qur’aniyah / ayat Allah di dalam Al Qur’an:
·
Keindahan Al Qur’an (QS. 2:23)
·
Pemberitahuan tentang umat yang lampau
(QS. 9:70)
·
Pemberitahuan tentang kejadian yang akan
datang (QS. 30:1-3, 8:7, 24:55)
2. Lewat
memahami Asma’ul Husna
·
Allah sebagai Al-Khaliq (QS. 40:62)
·
Allah sebagai Pemberi Rizqi (QS. 35:3,
11:6)
·
Allah sebagai Pemilik (QS. 2:284)
·
Dan lain-lain (QS. 59:22-24)
Hal-hal yang Menghalangi
Ma’rifatullah
·
Kesombongan (QS. 7:146, 25:21).
Sebagaimana lazimnya orang yang sombong yang tidak mau mengenal sesamanya,
begitu pula manusia yang sombong terhadap Rabbnya, yang enggan berhubungan
dengan-Nya.
·
Zalim (QS. 4:153). Perbuatan zalim yang
besar, menyebabkan Allah mengunci hati manusia. Padahal lewat hati inilah Allah
memeberikan hidayah-Nya. Sedangkan awal hidayah seseorang ialah mengenal
hakikat-Nya lagi.
·
Bersandar pada panca indera (QS. 2:55). Mereka
tidak beriman kepada Allah dengan dalih tidak bisa melihat Allah, padahal
banyak sesuatu yang tidak bisa mereka lihat, tapi mereka yakin keberadaannya,
seperti gaya gravitasi bumi, arus listrik, akal fikiran dsb.
·
Dusta (QS. 7:176). Lazimnya seorang yang
dusta, yang tidak sama antara hati dan ucapannya, perbuatannya. Begitu pula
manusia yang berdusta terhadap Allah. Sebenarnya hati mengakui keberadaan
Allah, namun hawa nafsunya menolak dan mengajaknya berdusta.
·
Membatalkan janji dengan Allah (QS.
2:26-27)
·
Lalai (QS. 21:1-3)
·
Banyak berbuat maksiat. Satu perbuatan
maksiat bagaikan satu titik noda hitam yang mengotori hati manusia. Bila manusia
banyak berbuat maksiat sedangkan ia tidak bertaubat, niscaya hati tersebut akan
tertutup noda-noda hitam hingga menghalangi masuknya hidayah Allah.
·
Ragu-ragu (QS. 6:109-110).
Semua sifat di
atas merupakan bibit-bibit kekafiran kepada Allah yang harus dibersihkan dari
hati. manusia. Sebab, kekafiranlah yang menyebabkan Allah mengunci mati,
menutup mata dan telinga manusia serta menyiksa mereka di neraka (QS. 2:6-7)
Kesimpulan
Demikianlah,
bahwa ma’rifatullah (Mengenal Allah SWT) adalah sebuah ilmu yang wajib difahami
oleh setiap muslim yang dengannya (dan mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari)
dapat menghantarkan seorang hamba kepada kebahagiaan yang dijanjikan baik di
dunia maupun di akhirat kelak.
Semoga kita termasuk ke dalam
golongan orang-orang yang mengenalnya sebagaimana Ia Swt. Menginginkan kita
mengenal-Nya. Hanya kepada-Nyalah kita menyembah dan hanya kepada-Nya pulalah
kita memohon pertolongan. Tiada daya dan kekuatan selain dari-Nya Yang Maha
Tinggi lagi Maha Perkasa.
No comments:
Post a Comment