Monday, December 1, 2014

Inspirasi Bisa datang dari mana saja edisi 1



Seorang Ibu dan Dua Gadis Kecilnya

30 November 2014..
Hari ini di beri kesempatan untuk shalat zuhur di sebuah mesjid, di salah satu titik kota Medan, yang hanya berjarak beberapa ratus meter dari sebuah basecamp baruku. Maka benarlah, ketika di Al-qur’an Allah berfirman tentang kemuliaan bagi orang yang diberi akal lalu ia berfikir dan mengambil hikmah dari setiap kejadian yang dialaminya. Karena memang tidak banyak orang yang seperti ini, bahkan untuk diri ini sendiri pun jarang sekali memikirkan hikmah di balik hal-hal sepele yang dilakukan setiap harinya. Semoga Allah jaga kita dari kelalaian ini.

Kenapa jadi melebar ke sana ya ??
Jadi, ketika pertama kali masuk mesjid_ini bukan kali pertama sebenarnya shalat di mesjid yang sama. Seperti biasa meletakkan sandal di depan_sendal yang agak kontroversi sebenarnya, karena dengan sandal itu sebenarnya pernah dipermalukan di depan calon pendamping hidup yang hanya Allah yang tahu #eloh, oleh seorang junior di kampus tempat menimba ilmu, yang benar-benar tidak tahu tempat_gara-gara kejadian itu sedikit memahami keahlian khusus membully orang itu ternyata menimbulkan luka malu_atau bahkan sampe nyanyi tersedu sedan #sakitnya tuh di sini, tapi belum menimbulkan efek jera juga untuk membully orang (sambil sungkem sama orang-orang yang sering jadi korban bully-an). Jadi di depan teras sempat melihat dua pasang sandal anak kecil yang imut-imut berwarna pink. Lanjut ke toilet untuk ambil wudhu.

Di toilet…
Ketemu sama dua anak kecil yang memakai baju kembar, masih berwarna pink. Dalam kondisi yang kesusahan untuk mengambil celananya yg disangkutkan di tempat sangkutan baju. Melihat itu, timbullah jiwa kepahlawanannya… cieee.. si Pahlawan langsung ambil tuh celana dan menyerahkan ke anak itu tadi, dia mengambil celananya sambil memberikan senyuman khas polos anak kecil sambil malu-malu dan pada saat yang sama seorang Ibu keluar dari ruangan kecil di dalam toilet dan menyaksikan kejadian dramatis seorang pahlawan menolong anaknya_dugaan besar dan memang anaknya ternyata.

“Eh, terima kasih Ibuk. Kakak ucapin terima kasih sama Ibuknya, sayang,” katanya pada anaknya. Seperti pahlawan di film Superhero, si Pahlawan ini juga bersikap sok cool dengan menyimbulkan senyuman termanis yang agak dipaksakan sebenarnya. Karena tidak bisa lagi alami dan polos seperti anak kecil itu tadi maksudnya.

Perbincangan dengan Ibu dan dua gadis kecilnya yang baru berumur 6 atau 7 tahun dan 4 atau 5 tahun sepertinya, cukup sampai di situ saja. Aku masuk ke ruang kecil dalam toilet, setelah keluar ku dapati mereka sudah berkemas untuk keluar toilet, walaupun masih sempat melihat adegan dramatis: karena lupa kapan terakhir kali lihat anak seusia mereka mengambil air wudhu.

Nah, di ruang utama mesjid. Karena jam memang sudah menunjukkan pukul 13 kurang atau lebih, artinya jamaah utama sudah berakhir sejak setengah jaman yang lalu, dan tidak terdengar ada yang berjamaah di balik hijab, maka orang-orang yang ada di ruangan itu (baca wilayah akhwat_kalau enggak ngerti juga daerah perempuan_kalo masih enggak ngerti silahkan keluar dari Negara Indonesia #eloh ) shalat sendiri-sendiri. Ini perlu diperhatikan untuk muslimah yang menegakkan shalat di mesjid dan tidak bisa jamaah dengan jamaah shalat utama. Atau ketika akan shalat tidak terdengar lagi ada yang berjamaah di balik hijab (baca dari daerah laki-laki), maka sekalipun berjamaah itu sangat dianjurkan karena ada 27 kali lipat kebaikan di sana, tapi sebaiknya tidak melakukan jamaah di belakang. Kenapa ? ini untuk menghindari adanya jamaah ganda. Maksudnya gini, ketika di belakang ada jamaah shalat perempuan, kemudian di depan ternyata ada ikhwan yang baru datang, dalam kondisi belum shalat berdua atau lebih, kemudian mereka melakukan shalat berjamaah juga. Perhatikan, si akhwat di belakang lebih dulu shalat, karena laki-laki tidak berimam pada perempuan bererti akan ada dua jamaah shalat kan ? Silahkan terjemahkan sendiri kalo kejadian ini terjadi.

Satu kejadian lagi yang mungkin ada yang masih belum tahu, jika di suatu mesjid atau mushalla ada seorang ikhwan, datang bersamaan dengan satu, dua atau lebih akhwat. Mereka haram hukumnya melakukan shalat berjamaah ketika itu, kecuali ada mahram di situ. Artinya, ada yang suami istri, saudara perempuan dan sebagainya. Atau si Ikhwan datang bersama seorang laki-laki atau lebih. Untuk masalah ini silahkan baca referensinya, tanya sama ustadz google juga dah banyak di share walaupun yang dari buku lebih utama dijadikan referensi.

Kembali ke cerita awal, karena ketika shalat sendiri itu aku terbiasa melengkapi shalat rawatib untuk shalat fardhu yang rawatibnya sunnah muakkad, maka aku rawatib qobliyah dulu. Ketika masuk ku dapati si Ibu tadi sedang memasangkan mukenah yang masih berwarna pink pada kedua putrinya. Jujur, kali ini ingin menitikkan air mata rasanya. Tapi berhubung aku tipikal orang yang sangat susah menangis, bukan karena keras hatinya Insyaallah, tapi bawaan lahirnya emang udah kayak gitu. Yang ada difikiranku saat itu, pernahkah aku melihat kejadian seperti ini sebelumnya ? ternyata masih ada ya Ibu yang seperti ini mendidik anaknya. Perlu dijelaskan sepertinya, Ibu ini tidak menggunakan jilbab, terlepas apa alasannya, bisa ditarik kesimpulan kalau dia belum faham Islam secara menyeluruh, terlihat dengan kondisinya, bahkan dalam era yang saat ini jilbab itu sudah menjadi trend. Jangan sampai ada yang menganggap tulisan ini sebagai pembenaran bahwa tidak masalah tidak berhijab asal dia shalat, karena perintah berhijab bagi musimah itu sama wajibnya dengan perintah shalat fardhu, puasa dan zakat. Cerita ini diangkat untuk mengambil pelajaran didalamnya.

ketika jeda antara rawatib qabliyah dan fardu zuhur, kudapati 3 makhluk Allah ini sudah berdiri shalat di samping kiriku. Si kecil di samping kanan, dan si kakaknya di samping kiri si Ibu. Awalnya kukira mereka melakukan shalat jamaah, tapi sepertinya aku salah, yang kulihat si Ibu hanya ingin mengajarkan bagaimana gerakan shalatnya dan kedua anaknya mengikuti. Allahua’lam.. sayup-sayup ku dengar sebelum shalat si Ibu berbisik kepada kedua putrinya , “kita shalat zuhur ya, 4 rakaat.”

Berhubung rakaat shalatku lebih banyak atau hafalan yang ku ulang adalah ayat yang cukup panjang, maka waktu yang ku butuhkan untuk shalat pastilah lebih lama dari 3 mahkluk Allah yang semoga Allah jadikan penghuni surga dan Allah beri kesempatan untuk menyempurnakan keimanannya sebelum tiba ajal menjeputnya, untukku diberi keistiqomahan dengan tetap memperbarui keimanan dan niat ntuk mengaharap ridha-Nya. Aamiin Yaa Rabbal 'aalamiin.

Ketika tangan ini menengadah, berdoa dan meminta ampun kepada Rabb-Nya. Yang terucap hanyalah  rasa syukur. Terang-terang aja, sebelumnya jika masih ada terlihat anak kecil di kota Medan ini yang ikut shalat di mesjid, itu karena ada pembelajaran membaca Al-qur’an setelahnya, dan biasanya sebagian besar dari mereka tidak ikut shalat, malah membuat keributan saat jamaah shalat berlangsung, dan sialnya lagi, biasanya saat itu Ayah dan Ibu mereka tidak ada di mesjid pada waktu itu. Ini berdasarkan pengalaman mengunjungi beberapa mesjid untuk melakukan shalat Maghrib. Kalau di kampung saya makin luar biasa lagi, anak sampai usia baligh pun masih banyak atau bahkan 90%-nya belum pernah melakukan dan membiasakan diri shalat 5 waktu. Padahal dalilnya sudah jelas…

“Ketika anakmu telah berumur 7 tahun, maka suruhlah ia shalat. Ketika berumur 10 tahun masih belum mau shalat, maka pukullah.” (Alhadits)

Faktanya, boleh ambil data sendiri.
Atau yang belum pernah tau pasti akan sangat terkejut ketika saya katakan, banyak sekali alumni pesantren malah, tapi kesadaran untuk menegakkan shalat itu tidak ada. Apalagi yang tidak punya basic sama sekali, keluarga yang mengajarkan, lingkungan yang mendukung dan sebagainya. Maka istilah mantan santri, mantan ustadz yang begituan itu memang zhahir adanya. Dan saya sudah lihat orang-orangnya langsung. Dan orang seperti ini ketika diberi peringatan alibinya: “Udah, enggak usah ceramah.” Bahkan, ada yang sampai bilang, “udah duluan aku belajar kayak gitu.” Terasa di sambar petir kan dengar jawaban kayak gitu, saya sudah alami langsung soalnya.

Sebenarnya ada hiburan dari Imam Hasan Al-banna tentang hal ini:
“Orang-orang yang pernah membersamai kita (baca menolong agama Allah), kelak akan Allah kembalikan ia bersama kita”.

Untuk bukti ini juga saya sudah temukan langsung orangnya . Walaupun hidayah itu memang hak vetonya Allah, kita tetap berkewajiban untuk memberi  peringatan pada orang-orang yang seperti ini dengan cara yang ahsan. Ketika diberi peringatan lalu kita sakit hati atas jawabannya, ingat bahwa Allah tidak menyia-nyiakan setiap tetes keringat kita untuk memberi peringatan kebaikan sekecil apapun itu. Dan jangan lupa untuk tetap mendoakan hingga Allah menjawab doa kita, dan menolong orang yang kita ingini membersamai kita dalam menolong agama-Nya Allah. Karena memang fitrahnya manusia sebenarnya untuk berbuat baik dan membutuhkan keberadaan Tuhan.

Tulisan panjang ini memang intinya bahwa shalat 5 waktu itu bukan main-main, atau hal yang bisa ditawar-tawar pelaksanaannya. Karena Allah sudah mudahkan caranya bagi orang yang tidak mampu berdiri, duduk bahkan bergerak sama sekali. Orang yang diberi dispensasi untuk meninggalakan shalat hanyalah:
1.       Wanita yang sedang haidh atau nifas
2.       Orang pingsan sampai ia sadar, dan
3.       Orang gila
Dan ingat, shalat itu untuk mencegah perbuatan keji dan mungkar, kata Allah. Kalau ada orang shalat tapi ia masih berbuat demikian, silahkan pertanyakan pada hati apa yang salah dalam shalat-shalat kita.

“Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang yang tetap melaksanakan shalat, ya Tuhan Kami, perkenankanlah doaku” (QS. Ibrahim : 40)

Allahua'lam bish shawab

No comments:

Post a Comment