Moon Lovers: Makna Sebuah Pengakuan
Buat pecinta drama korea, pasti udah pada nonton Moon Lovers donk, yach?
Aku aja yang enggak cinta-cinta banget udah nonton sampe’ 4 kali.
Serius?
Serius loo...
Aku suka nonton, film
kesukaan aku sebenarnya film Indonesia. Tapi kalo ada yang recomended “ini film enak,” biasanya aku bisa penasaran juga tuh. (Kalau
ada yang mau recome film, matur nuhuun, apalagi sekalian sama file-nya...
Ahak). Untuk drama korea sendiri, aku selalu suka yang model kolosal. Sinetron
kolosal Indonesia enggak kalah seru sih sebenarnya. Kenapa kolosal? Yah, karena
aku suka sejarah, kali ya... Dan drama kolosal Korea punya cara yang unik dan
hampir sama dalam penyajiannya.
Dimana?
Entah karena pengaruh
Budha atau kepercayaan modern tentang lorong waktu, beberapa drama Korea yang
ku tonton idenya hampir sama. Seseorang dari masa depan terjebak ke masa lalu.
Karena beberapa kali nemu yang kayak gini, jadi sempat mikir juga sih, ini ide
klise drama korea. (Yang mau protes jumpa tengah, yaa...)
Well, meskipun tadi
aku bilang klise. Tetap aja ide ini unik, kan?
Oke, back to topic...
poster from google image
Moon lovers mengangkat
kisah kerajaan Goryeo. Tepatnya raja pertama yang mendirikan kerajaan Goryeo.
Di awal. Karena sebenarnya tokoh utamanya adalah raja keempat Goryeo yang
dicatat sejarah sebagai raja yang sadis, musabab membunuh saudara dan
keponakannya sendiri. Karena kita bukan orang Korea boleh jadi nebak-nebak,
sebenarnya ini drama sedang melakukan pembenaran sejarah atau mengubah sejarah
menjadi lebih baik. Yang penasaran boleh googling atau tanya langsung ke Korea
laa yaa, entar jangan lupa sharing ke aku^^
Jadi ceritanya, si
Raja pendiri Goryeo ini memiliki 29 istri, belum selirnya. (Buanyak amat....)
yang sebenarnya pernikahan ini adalah pernikahan politik. Dimana untuk
menundukkan sebuah daerah, si raja menikahi putri-putri dari daerah asal
sehingga keseluruhan penduduk mendukungnya sebagai raja dan saudara. Nah,
banyak istri sudah pasti banyak anak. La wong istri atu aja bisa banyak anak.
Di kisahkan si raja
memiliki 25 anak, tapi di cerita hanya ada putra Mahkota Wang Moo, Pangeran
ketiga Wang Yo, Pangeran keempat Wang So, pangeran kedelapan Wang Wook,
Pangeran kesembilan Wang Won, pangeran kesembilan Wang Eun, Pangeran ketiga
belas Baek Ah, Pangeran Keempat belas Wang Jung, dan seorang putri dari
permaisuri kedua Putri Yeon Hwa.
Kebayang dong, ya... musabab pemainnya buanyak_ Bahkan aku susah
membedakan pangeran kesepuluh, ketiga belas dan keempat belas_ konfliknya pasti
buanyak juga. Di 5 episode awal nebak-nebak dah pasti. Keganjilan Selir Oh yang
memilih menjadi dayang istana demi bisa selalu dekat dengan kekasihnya yang
sekarang menjadi raja. Cinta segitiga antara Pangeran ketiga, Putri Yeon Hwa,
dan Pangeran keempat yang kesemuanya bertepuk sebelah tangan. (Padahal mereka
satu Ayah, kan yaa... )
Pangeran kedelapan Wook yang paling cerdas, namun
selalu melakukan kesalahan dalam percintaannya. Bahkan Baek Ah si Pangeran ketiga
belas yang dikenal di perempuan se penjuru Goryeo waktu itu juga mengundang air
mata. Meskipun permintaan Pangeran kesepuluh Wang Eun, agar dibunuh oleh
Pangeran Wang So di hadapan Pangeran Wang Yo, sebab istrinya telah lebih dulu
terbunuh enggak kalah so sweet dari
Kisah Romeo dan Juliet.
Belum lagi Ratu Yoo yang berambisi menjadi ibu
suri, tapi salah satu putranya Pangeran Wang So malah disingkirkan dari istana.
Komplit dah pokoke. Inilah alasan di awal aku masih malas nonton ni drama.
Soalnya waktunya kurang senggang untuk mendalami ceritanya. Nah, justru dari
kacamata aku nih sebenarnya inilah ide utama ceritanya, kebingungan si Raja
tentang adanya ramalan tentang kedua putranya Wang Moo dan Wang So sebagai raja
setelahnya, sedang istrinya Ratu Yoo, terbelenggu cemburu akibat paham
pernikahan politik suaminya.
Dampak cemburu inilah yang membuatnya menggugurkan
kandungan Selir Oh yang sebelumnya adalah kekasih raja, bukan hanya itu ia juga
membuat rencana jahat untuk membunuh Putra Mahkota Wang Moo, selain mengusir
Pangeran Wang So dari istana. Singkatnya, Ratu Yoo adalah pemeran antagonisnya.
Makna sebuah pengakuan.
Itulah pesan tersirat dari drama ini. Seperti di
awal aku dah bocorin bahwa tokoh utamanya adalah pangeran keempat, Wang So.
Kalau sekarang di kehidupan yang lebih modern istilahnya ‘Broken Home’ gitu
lah. Jadi kan, peramal istana sudah meramalkan kalau kelak pangeran Wang So
bakal jadi raja. Tapi rajanya enggak bisa apa-apa karena Ratu Yoo bukan hanya
mencelakai Pangeran So, tapi juga Selir Oh yang memiliki tempat khusus di hati
raja.
Jadi kira-kira Pangeran So ini hidup di
tengah-tengah Ayah yang menyayanginya secara sembunyi-sembunyi, dan ibu kandung
yang tidak mengakuinya. Sebenarnya sih, Pangeran So enggak pernah dendam pada
ibunya. Bahkan, ia berkali-kali menghapus jejak kejahatan ibunya, yah demi
pengakuan tadi. Bahkan, hal pertama yang paling membahagiakan Pangeran So
adalah saat ia bisa memanggil raja dengan sapaan Ayah.
Apakah di akhir Ratu Yoo mengakui Pangeran So,
ternyata bisa dibilang tidak. Bahkan ketika akhirnya Pangeran So menjadikannya
Ibu Suri. Satu-satunya yang menandakan Putri Yoo menerimanya adalah saat di
penghujung ajalnya Ratu akhirnya mau menyentuh bekas luka yang ia torehkan di
wajah Pangeran So.
terimakasih google image
Begitulah, kenapa sebelumnya aku bilang bisa jadi
ada dugaan bahwa ini drama semacam pembenaran sejarah gitu. Ya karena si Hae
Soo, yang sebenarnya di dalam tubuhnya ada Go Ha Jin yang berasal dari dunia
sekarang, taunya Pangeran So yang kemudian menyebut dirinya sebagai Raja
Gwangjong adalah raja keempat Goryeo dan terkenal sadis. Karena itu tadi, ia
membunuh saudara dan keponakannya. Di sini diceritakan alasan kenapa saudara
dan keponakannya itu dibunuh.
Buat yang belum nonton, sediakan waktu yang nyaman
yah sebelum nonton. Supaya bisa nemuin pesan yang aku bilang tadi. Ini adalah tentang
makna sebuah pengakuan. Buat aku yang belum jadi ibu tentunya, pesannya
kira-kira gini:
“Jangan
sampai karena kecemburuan lantas menelantarkan anak. Karena anak yang kurang
kasih sayang itu bisa berbuat apa saja bahkan bukan demi kasih sayang yang tidak
ia dapatkan, tapi sebuah pengakuan.”
Terus gimana kalo posisinya kita kayak Pangeran
Wang So??? (Kalo mau jawab di kolom komentar yaa...)
Oiya, aku selalu terfikir buat ide cerita kayak
drama kolosal korea ini. Yang diangkat sih kerajaan di Indonesia, kita kan
punya juga. Di wattpad ternyata udah ada yang buat. Dia ngaku sih, inspirasinya
dari Moon Lovers ini. Yang diangkat
cerita kerajaan Mataram, cuma kehidupan di dunia sekarangnya udah habis satu
buku juga. Aku ngerasa kalah start
sih, walaupun ada banyak celah yang buat aku masih berpeluang. Karena si
penulis buat tulisannya hanya layak dibaca dewasa.
Gimana, kira-kira kalau aku buat ide gitu ada yang
mau baca enggak, yaa??
No comments:
Post a Comment