Ke China karena Film
Apakah yang
terpikir tentang China? Kalau sekarang ini aku ditanya, bisa jadi jawabannya
jadi rasis dan terkesan menebar kebencian. Apalagi kalau bukan perkara Ahok
yang menista Al-Qur’an dan belum kunjung di tangkap itu. Ditambah, sekarang ini
juga lagi heboh WNA dari China yang bekerja ilegal di Indonesia. Gimana enggak gerem sampe gigi rontok coba? WNI yang
jadi TKI dan TKW masih terus menyumbang devisa untuk negara. Alasan utama
mereka sama, di Indonesia lapangan kerja sedikit, gajinya kecil. Belum lagi
angka pengangguran di Indonesia? Ach, sudahlah...
Kalau kita melihat dari kacamata
kecerdasan, sebenarnya ada kebaikan yang tercecer di sana. Kebaikan yang
harusnya kita ambil, untuk diambil pelajaran pengaplikasiannya. Kebaikan
pertama mungkin, tentang Ahok, gara-gara ucapannya yang seperti itu kita jadi
melihat bagaimana umat Islam bersatu dan bergerak untuk membela Allah. Tidak
ada yang membawa label, semua berkata: kamu Islam, kamu membela Al-Qur’an, kamu
saudaraku!
Padahal kita tahu sebelumnya umat
Islam di Indonesia mayoritas, tapi berkoloni menurut golongannya masing-masing.
Selain itu, tiga aksi yang berhasil menghimpun umat Islam Indonesia dari
Sabang-Merauke itu, ternyata juga telah menunjukkan, siapa yang benar
keimanannya, dan siapa yang terselip kemunafikan di hatinya, hingga sanggup
menghujat dan menyudutkan saudaranya seiman demi membela orang yang telah
jelas-jelas kekafirannya.
Sedang kasus WNA China, kita
harusnya mengambil pelajaran. Bukan hanya menyalahkan kelemahan pemerintah
kita. Tapi melihat kelemahan kita masing-masing, pentingnya partisipasi
demokrasi untuk memilih pemimpin yang lebih tegas, misalnya. Walaupun setiap
pemimpin pasti akan punya kelemahan, setidaknya kita telah membantu
mengupayakan pemimpin yang lebih sedikit membawa mudharat demi masa depan bangsa.
Kenapa bahasannya jadi berat gini,
ya?
Oke, sebelum kita tenggelam terlalu
dalam, ada baiknya kita kembali ke permukaan untuk bernafas. (Emang lumba-lumba??)
Sebenarnya
aku mau mengulas dua film Indonesia yang menggunakan China sebagai settingnya.
Langsung aja, yang pertama adalah “Assalamualaikum Beijing.”
Film
yang diangkat dari novel Asma Nadia dengan judul sama ini adalah film pertama
yang aku tonton di bioskop. Serius, bro. Dulunya aku selalu berfikir praktis, ngapain sih mesti nonton di bioskop
kalau nantinya itu film bakal di putar juga di TV? Atau setidaknya bisa di
tonton dari DVD bajakan dengan beberapa film lainnya, atau sekarang bisa di
download dari internet dan kembali di tonton sesering yang kita mau. (itu berfikir praktis atau pelit, ya?)
Tapi
begitulah, akibat teman fb-ku heboh nge-post
meme “Assalamualaikum Beijing” yang dipelesetkan jadi “Assalamualaikum
Ukhti” itu, aku akhirnya tergerak untuk menginjakkan kaki di bioskop. Itupun pakek alibi, nonton untuk hadiah ultah adik perempuanku
yang ke-23. Pas keluar, si adik komentar, “Pantas aja kau lebay pengen nonton,
rupanya filmnya kayak gitu.” (Note:
adikku ini penikmat film Horor Hollywood). Pasalnya, pas di dalam aku
sempat baper, sampek menitikkan air mata. Padahal aku tipikal orang yang mudah
terharu, tapi sangat pelit air mata.
Well,
walau adikku tidak terlalu menikmati filmnya. Sebenarnya ada pesan romance tersirat di film ini yang bisa
dijadikan alasan untuk berkunjung ke China. Apa itu? Akan ku kasih tau setelah
ulasan film kedua.
Film kedua ini, adalah film yang di
aktori oleh Adipati Dolken. Aku baru nonton film ini tanggal 8 januari kemarin.
Tolong, jangan tanya di bioskop mana? Karena aku berada di atas Kapal Layar
waktu itu. Judul film-nya “Ku Kejar Cinta ke Negeri China”. Sumpah, aku enggak
tau ini film kapan, tapi bisa jadi enggak jauh-jauh dari “Assalamualaikum
Beijing” sepertinya. Tapi yang jelas, aku nyari dan berinisiatif untuk nonton
itu setelas baca blog junior-an aku di kampus yang baru saja memeluk Islam, dia
Chinese.
Dah nemu benang merahnya?
Belum?
Okey, sebenarnya aku cuma mau kasih
sedikit alasan aja, kalau enggak semua tentang China itu adalah jelek. Karena
Islam punya sejarah yang tak lekang oleh waktu di China. Bahkan, kalau di film
kedua, meski tidak terlalu detail, tapi mereka mencoba menjelaskan, bahwa China
juga punya peran dalam penyebaran Islam di Indonesia. Bukti sejarahnya bisa
dilihat di Semarang, dengan tokohnya Panglima Cheng Ho.
Kalau di film pertama, si Pangeran
Chung-chung yang ateis justru yang menjelaskan banyak tentang budaya Islam di
China. Kemudian ditimpali pemahaman tauhid dari di gadis, jadilah legenda
patung Ashima yang terkenal di China itu hidup kembali dalam kisah asmara
mereka. Wajar dong kalau jadi baper. Apalagi pas dengar kalimat ini, “Aku juga
takut, Asma. Tapi cinta yang sempurna tidak membutuhkan fisik yang sempurna.”
Ho ho ho...
Yang lagi hangat juga ada. Silahkan search sendiri di google, bahwa ada
penelitian yang menyimpulkan bahwa umat Islam akan menjadi mayoritas di China.
Wow banget ya. Negara komunis gitu, lo. Aku sih, waktu baca itu langsung
kepikiran. Yang anti-agama udah pada di transfer ke Indonesia soalnya.
Kemungkinannya jadi dua: mereka berhasil melancarkan misinya mengkomuniskan
Indonesia, tapi setidaknya kita yang mayoritas punya peluang besar untuk
mengislamkan mereka. Bener enggak sih?
Untuk pe-rekomended film kedua itu misalnya. Dia junior aku, pintar udah
pasti. Hidayahnya datang dari hadiah Al-Qur’an pas lagi jadi duta kampus di
ranah minang. Sekarang ini, hasil stalker, dia udah lulus dengan beasiswa full S-2 di dua kampus di Taiwan. Yang
menarik menurutku, alasan utama dia melanjutkan studi kesana, dia seperti
mengemban misi dakwah gitu. (Beraaat
beraaat), tapi serius. Alasan pertama dia mau menjadi muslim China yang
tetap menjaga budaya China. Intinya, dia mensyukuri hidayah Islam, dan ia ingin
tetap dikuatkan bersama orang-orang yang satu ras dengannya. Di sisi lain, dia agent dakwah juga kan di sana?
Well,
kesimpulannya dah ada belum sih?
Bukan Koleksi Foto Pribadi. Maafkan saya, karena saya tak bermaksud mencuri hak cipta
Yup, bener banget. Dua film ini
menjelaskan bahwa China tidak bisa dipisahkan dengan Islam. Bahkan, meski
Tembok Raksasa China menghadang, kalau jodoh akan bertamu. Elooh. Bahkan meski lari dan bersembunyi dibalik Tembok Raksasa
China, kalau jodohnya di Indonesia tetap akan bersamanya. Eloooh, apalagi ini?
Keep
calm, brooooooooooooooooooo.........
Intinya kalau sudah nemu alasan ke China dari dua film
ini, terus tergiur untuk mengisi waktu libur di sana. Ini aku share link jasa
wisata halal ke China. Sila dibaca
Selamat
berlibur untuk yang sudah memutuskan. Aku akan dengan rela hati ikut kalau di
ajak ke sana gratis, siapa tau bisa dapat bonus nemu guide kayak Chung-chung dan jadi teman sehidup semati. #Eh
The Last, bisa check it Out ke sini untuk info paket Travel yang lain: Check it Out
<a href="http://www.cheria-travel.com/2016/11/lomba-menulis-artikel-kreatif.html"><img alt="Lomba Menulis Artikel Cheria Wisata" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgAOCout2Lkehvlpf-9yWqhljtv3omy5X9dYZMbw-izUh_AQ8AJx4o_2ZJ2G2NUxBZpUJuhmQri4KQWEH2Kh6vX-hGjhI7k-dOQIharb-WNKkCL3KM-YsuuRFjZhvAL92vj1Dr-6EpDYaXd/s1600/lomba-menulis-artikel5%2523.jpg" width='300px' height='300px'/></a>
Pengen deh berkunjung ke great wall, tembok besar china, lalu jalan dari ujung sampai pol biar cita2 bisa terkabul
ReplyDeleteSerius ada mitos gituan mas? ada yang udah sanggup emangnya, itukan jauh BGT
Delete