Wednesday, January 18, 2017

Ke China Karena Film

Ke China karena Film

Apakah yang terpikir tentang China? Kalau sekarang ini aku ditanya, bisa jadi jawabannya jadi rasis dan terkesan menebar kebencian. Apalagi kalau bukan perkara Ahok yang menista Al-Qur’an dan belum kunjung di tangkap itu. Ditambah, sekarang ini juga lagi heboh WNA dari China yang bekerja ilegal di Indonesia. Gimana enggak gerem sampe gigi rontok coba? WNI yang jadi TKI dan TKW masih terus menyumbang devisa untuk negara. Alasan utama mereka sama, di Indonesia lapangan kerja sedikit, gajinya kecil. Belum lagi angka pengangguran di Indonesia? Ach, sudahlah...
            Semuakah tentang China itu jelek?
            Kalau kita melihat dari kacamata kecerdasan, sebenarnya ada kebaikan yang tercecer di sana. Kebaikan yang harusnya kita ambil, untuk diambil pelajaran pengaplikasiannya. Kebaikan pertama mungkin, tentang Ahok, gara-gara ucapannya yang seperti itu kita jadi melihat bagaimana umat Islam bersatu dan bergerak untuk membela Allah. Tidak ada yang membawa label, semua berkata: kamu Islam, kamu membela Al-Qur’an, kamu saudaraku!
            Padahal kita tahu sebelumnya umat Islam di Indonesia mayoritas, tapi berkoloni menurut golongannya masing-masing. Selain itu, tiga aksi yang berhasil menghimpun umat Islam Indonesia dari Sabang-Merauke itu, ternyata juga telah menunjukkan, siapa yang benar keimanannya, dan siapa yang terselip kemunafikan di hatinya, hingga sanggup menghujat dan menyudutkan saudaranya seiman demi membela orang yang telah jelas-jelas kekafirannya.
            Sedang kasus WNA China, kita harusnya mengambil pelajaran. Bukan hanya menyalahkan kelemahan pemerintah kita. Tapi melihat kelemahan kita masing-masing, pentingnya partisipasi demokrasi untuk memilih pemimpin yang lebih tegas, misalnya. Walaupun setiap pemimpin pasti akan punya kelemahan, setidaknya kita telah membantu mengupayakan pemimpin yang lebih sedikit membawa mudharat demi masa depan bangsa.
            Kenapa bahasannya jadi berat gini, ya?
            Oke, sebelum kita tenggelam terlalu dalam, ada baiknya kita kembali ke permukaan untuk bernafas. (Emang lumba-lumba??)
Sebenarnya aku mau mengulas dua film Indonesia yang menggunakan China sebagai settingnya. Langsung aja, yang pertama adalah “Assalamualaikum Beijing.”
Film yang diangkat dari novel Asma Nadia dengan judul sama ini adalah film pertama yang aku tonton di bioskop. Serius, bro. Dulunya aku selalu berfikir praktis, ngapain sih mesti nonton di bioskop kalau nantinya itu film bakal di putar juga di TV? Atau setidaknya bisa di tonton dari DVD bajakan dengan beberapa film lainnya, atau sekarang bisa di download dari internet dan kembali di tonton sesering yang kita mau. (itu berfikir praktis atau pelit, ya?)
Tapi begitulah, akibat teman fb-ku heboh nge-post meme “Assalamualaikum Beijing” yang dipelesetkan jadi “Assalamualaikum Ukhti” itu, aku akhirnya tergerak untuk menginjakkan kaki di bioskop. Itupun pakek alibi,  nonton untuk hadiah ultah adik perempuanku yang ke-23. Pas keluar, si adik komentar, “Pantas aja kau lebay pengen nonton, rupanya filmnya kayak gitu.” (Note: adikku ini penikmat film Horor Hollywood). Pasalnya, pas di dalam aku sempat baper, sampek menitikkan air mata. Padahal aku tipikal orang yang mudah terharu, tapi sangat pelit air mata.
            Well, walau adikku tidak terlalu menikmati filmnya. Sebenarnya ada pesan romance tersirat di film ini yang bisa dijadikan alasan untuk berkunjung ke China. Apa itu? Akan ku kasih tau setelah ulasan film kedua.
            Film kedua ini, adalah film yang di aktori oleh Adipati Dolken. Aku baru nonton film ini tanggal 8 januari kemarin. Tolong, jangan tanya di bioskop mana? Karena aku berada di atas Kapal Layar waktu itu. Judul film-nya “Ku Kejar Cinta ke Negeri China”. Sumpah, aku enggak tau ini film kapan, tapi bisa jadi enggak jauh-jauh dari “Assalamualaikum Beijing” sepertinya. Tapi yang jelas, aku nyari dan berinisiatif untuk nonton itu setelas baca blog junior-an aku di kampus yang baru saja memeluk Islam, dia Chinese.
            Dah nemu benang merahnya?
            Belum?
            Okey, sebenarnya aku cuma mau kasih sedikit alasan aja, kalau enggak semua tentang China itu adalah jelek. Karena Islam punya sejarah yang tak lekang oleh waktu di China. Bahkan, kalau di film kedua, meski tidak terlalu detail, tapi mereka mencoba menjelaskan, bahwa China juga punya peran dalam penyebaran Islam di Indonesia. Bukti sejarahnya bisa dilihat di Semarang, dengan tokohnya Panglima Cheng Ho.
            Kalau di film pertama, si Pangeran Chung-chung yang ateis justru yang menjelaskan banyak tentang budaya Islam di China. Kemudian ditimpali pemahaman tauhid dari di gadis, jadilah legenda patung Ashima yang terkenal di China itu hidup kembali dalam kisah asmara mereka. Wajar dong kalau jadi baper. Apalagi pas dengar kalimat ini, “Aku juga takut, Asma. Tapi cinta yang sempurna tidak membutuhkan fisik yang sempurna.”
            Ho ho ho...
            Yang lagi hangat juga ada. Silahkan search sendiri di google, bahwa ada penelitian yang menyimpulkan bahwa umat Islam akan menjadi mayoritas di China. Wow banget ya. Negara komunis gitu, lo. Aku sih, waktu baca itu langsung kepikiran. Yang anti-agama udah pada di transfer ke Indonesia soalnya. Kemungkinannya jadi dua: mereka berhasil melancarkan misinya mengkomuniskan Indonesia, tapi setidaknya kita yang mayoritas punya peluang besar untuk mengislamkan mereka. Bener enggak sih?
            Untuk pe-rekomended film kedua itu misalnya. Dia junior aku, pintar udah pasti. Hidayahnya datang dari hadiah Al-Qur’an pas lagi jadi duta kampus di ranah minang. Sekarang ini, hasil stalker, dia udah lulus dengan beasiswa full S-2 di dua kampus di Taiwan. Yang menarik menurutku, alasan utama dia melanjutkan studi kesana, dia seperti mengemban misi dakwah gitu. (Beraaat beraaat), tapi serius. Alasan pertama dia mau menjadi muslim China yang tetap menjaga budaya China. Intinya, dia mensyukuri hidayah Islam, dan ia ingin tetap dikuatkan bersama orang-orang yang satu ras dengannya. Di sisi lain, dia agent dakwah juga kan di sana?
            Well, kesimpulannya dah ada belum sih?
Bukan Koleksi Foto Pribadi. Maafkan saya, karena saya tak bermaksud mencuri hak cipta

            Yup, bener banget. Dua film ini menjelaskan bahwa China tidak bisa dipisahkan dengan Islam. Bahkan, meski Tembok Raksasa China menghadang, kalau jodoh akan bertamu. Elooh. Bahkan meski lari dan bersembunyi dibalik Tembok Raksasa China, kalau jodohnya di Indonesia tetap akan bersamanya. Eloooh, apalagi ini?
            Keep calm, brooooooooooooooooooo.........
            Intinya kalau sudah nemu alasan ke China dari dua film ini, terus tergiur untuk mengisi waktu libur di sana. Ini aku share link jasa wisata halal ke China. Sila dibaca

Selamat berlibur untuk yang sudah memutuskan. Aku akan dengan rela hati ikut kalau di ajak ke sana gratis, siapa tau bisa dapat bonus nemu guide kayak Chung-chung dan jadi teman sehidup semati. #Eh
The Last, bisa check it Out ke sini untuk info paket Travel yang lain: Check it Out

<a href="http://www.cheria-travel.com/2016/11/lomba-menulis-artikel-kreatif.html"><img alt="Lomba Menulis Artikel Cheria Wisata" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgAOCout2Lkehvlpf-9yWqhljtv3omy5X9dYZMbw-izUh_AQ8AJx4o_2ZJ2G2NUxBZpUJuhmQri4KQWEH2Kh6vX-hGjhI7k-dOQIharb-WNKkCL3KM-YsuuRFjZhvAL92vj1Dr-6EpDYaXd/s1600/lomba-menulis-artikel5%2523.jpg" width='300px' height='300px'/></a>

2 comments:

  1. Pengen deh berkunjung ke great wall, tembok besar china, lalu jalan dari ujung sampai pol biar cita2 bisa terkabul

    ReplyDelete
    Replies
    1. Serius ada mitos gituan mas? ada yang udah sanggup emangnya, itukan jauh BGT

      Delete