Aku bingung juga, ini
tulisan bermaksud untuk buat Riview film Ayat-ayat Cinta 2 yang tanggal 28
kemaren udah tembus 1,5 juta penonton (belum update terbaru, kalo ada yang baca
terus udah liat up date’an boleh informasikan di komentar yaaak), atau mau
curhat. Hahahah...
Well...
Terkait kontroversi
yang beredar mengenai tokoh Fahri yang katanya... sangat-sangat perfeksionis,
menurut aku yang berpendapat seperti itu pasti belum baca novel-novel picisan
di wattpad, serius! Akhir-akhir ini aku iseng baca beberapa cerita di sana
(wattpat, maksudnya) tokoh-tokohnya itu digambarkan jauh lebih ‘perfect’ dari
Fahri loo. Kenapa pakek tanda kutip, ya karena tokoh yang dibuat para penulis
itu jauh lebih enggak mungkin ada. Emang, seringkali penulis membantu pembaca
memvisualisasikan tokoh yang dimaksud, yaa tapi tetap aja itu seperti
memvisualisasikan Fahri dengan Fedi Nuril, kan?
Yupz....
Berhubung aku belum
baca novelnya, aku niat beli sih, cuman belum sanggup dan sepertinya angin
surga belum berpihak padaku dengan mengirimkan someone yang merelakan bukunya untuk kubaca gratis. Tetoooot. Jadi sebisa mungkin aku enggak akan bahas novel,
asal jangan enggak bahas filmnya aja-lah, Na.
Jujur, maksud hati
yang paling dalam (Kok jadi momen Say I
Love You gitu yaak) aku memang ingin menyampaikan jawaban yang tak sengaja
kutemukan dari rasa penasaranku lewat film ini. Enggak serius kalilah, ini kita
lagi nyantai kok. Enggak bakalan serumit menemukan persamaan panjang gelombang stasioner
dari persamaan percepatan yang harus menggunakan integral berlipat. Atau
sepanas menentukan suhu boiler yang digunakan untuk membubur sebongkah baja.
(Ngomong apa sih, kok jadi HOROR ^^)
So, dengan alasan yang
hanya akan aku beri tahu jika kalian menanyakan langsung ke aku face to face, aku selalu penasaran
tentang perkara: Benark enggak sih, perempuan itu susah move on? Ada kemungkinan enggak laki-laki jauh lebih susah move on ketimbang perempuan? Dua
pertanyaan, tapi itu perkara pertama. Perkara selanjutnya (adalah perkara perdata,
kepada jaksa penuntut dipersilahkan untuk menyampaikan tuntutannya... ahahah
serius kali), perihal #BAPER (Bawa PERasaan). Okey... kita selesaikan step by step yaaa, pertama silahkan
panaskan minyak, kemudian masukkan irisan bawang, cabai dan tomat.
Selanjutnya....
Perkara Pertama; Siapakah yang lebih susah Move On,
laki-laki atau perempuan?
Sebelum kita masuk ke bab 4 yang akan menjabarkan
tentang hasil analisa saya, terlebih dahulu saya akan menyampaikan latar
belakang masalah dan tujuan dari penelitian ini??? Serius kali, kita bukan lagi
persentase loo. Well, sebenarnya aku punya reason
yang sudah mendunia #halah dengan pendapat pribadiku, bahwa, Laki-laki jauh lebih susah move on
ketimbang perempuan. Pertama, jika anda bertemu bapak Habibie hari ini, dan
anda menanyakan tentang Buk Ainun, beliau pasti akan menyebutkan: sekian tahun,
sekian bulan, sekian hari, bahkan (Aku agak kurang yakin tentang ini, tapi
sepertinya iya) sekian jam sejak ibu Ainun pergi (meninggal). It’s really, dan seperti itulah
berharganya sosok Ibu Ainun bagi seseorang yang disebut-sebut sebagai orang
terjenius di negeri tercinta ini.
Kedua; Taj Mahal.
Silahkan googling benda semacam apa
itu Taj Mahal. Tapi yang jelas, bangunan indah yang hanya dan akan selama-lamanya
menjadi satu-satunya di dunia itu dibangun atas dasar ketidaksiapan seorang
laki-laki dengan perempuannya yang mendahuluinya.
Ketiga;
Rasulullah SAW. (Afa-afaan ini, kenapa bawa-bawa Rasulullah SAW. segala?)
Tenang, Insyaallah ini bukan bid’ah yang menyesatkan sehingga membawa kepada
kekafiran. Jadi, Aisyah ra. ketika ditanya pendapatnya tentang istri-istri
Rasulullah SAW. yang lain, beliau menjawab; “Aku tidak pernah cemburu. Kecuali
saat Rasulullah SAW. menyebut-nyebut nama Khadijah di depanku.” (Boleh
dibenarkan untuk teks aslinya, tapi kalau di bahasakan begitulah kira-kira).
Tidak bermaksud berlepas diri bahwa Aisyah ra. adalah istri yang paling
dicintai oleh Rasulullah SAW._ atas jawaban Aisyah tersebut. Namun, bagaimana
Rasulullah SAW. bisa tidak mengagungkan Ummul mukminin Khadijah ra. Bahasa
kitanya, gimana menganggap Khadijah bukan siapa-siapa coba? Lha Allah ajja
sampe menghibur Nabi SAW. dengan isra’ mi’raj, kan?
And, back to laptop, because inti pembicaraan kita adalah AAC 2.
Yang udah nonton filmnya pasti ingat scane
saat Fahri minta nasihat pada Misbah sebelum memutuskan untuk menikahi Hulya.
Jangan bilang cuma ingat mereka setelah itu istighfar, yach? Dan, aku tidak
ingin mengatakan kalau aku menemukan jawabannya lewat scane itu. Cuma mau ingatin aja, saat itu Misbah merasa tidak
pantas untuk menasihati Fahri, tetapi karena sudah diminta, dan memang
begitulah sunnah Rasullullas SAW., “Berilah nasihat, saat saudaramu meminta
nasihat”, maka Misbah menyampaikan tentang hadits pertama Arbain.
Baiklah, telah
sama-sama kita dengar tadi kultum si Fulan dengan tema Niat, maka kita masuk ke
agenda selanjutnya, yaitu .... Peace^^
Ada beberapa scane: 1) saat Fahri memberi uang kepada
pedagang wanita yang disangka pengemis di teras mesjid, 2) Saat Fahri mendengarkan
Keira memainkan biola, 3) Saat Fahri akan berdamai dengan Jasson, adik Keira,
4) Saat Keira tertangkap tangan mencoret mobil Fahri, 5) Saat Fahri menanggapi
pernyataan Ayah Hulya, “Apakah keluarga sudah menganggap Aisha ... dan beberapa
adegan lain yang mungkin aku lupakan.
Yups.. again. Berhubung aku belum baca
novelnya, meskipun aku haqqul yakin
ada banyak yang terlewat dari novel yang tidak diikutkan dalam film seperti ada
yang tidak ada di novelnya justru ditambahkan di film, karena dianggap perlu,
seperti saat Fahri dan Hulya makan ice
cream dan Hulya sengaja membuka tas misalnya... hahahah, sabar neng, jangan
protes dulu napa^^
Konon, enggak jauh
beda sama film-film lain yang diangkat dari novel juga sebenarnya, pembaca yang
nonton pasti aja susah move on (Move on lagi...) dari novel ke film.
Jadi argumen, “Aku kecewa ama filmnya, jauh beda sama novelnya soalnya.” Aku
bilang, itu alasan klasik dan enggak kreatif. Emang dia fikir buat film semudah
dia beli novel di Gra*edia terus enggak tidur satu malaman untuk menamatkan itu
buku, apa? Tolong Na, itu pengorbanan namanya #eh. Kukatakan, aku suka nonton,
tapi enggak sampe maniak juga, karena sejauh ini aku enggak punya satu judul
film pun yang aku tonton hingga berkali-kali karena aku suka pakek banget sama
filmnya. Tapi aku katakan aku penikmat film Indonesia. Kalau kata Hanung
Bramantyo, “Udah, nanti-nanti dulu nonton Hollywood-nya, film Indonesia juga
banyak kok yang bagus.” That’s right,
yang suka koar-koar #AkuCintaIndonesia, ini juga bagian dari produk dalam
negeri yang harus kita number one-kan
loh.
Faham enggak sih sampe
disini? (Enggak, soalnya kamu lebih keliatan lagi orasi atau jadi pembica di
ILC, Na?) Hahahah... jujur sekali anda, saiia hargai. GARING...
Well, intinya sih 5 scane
yang aku kutip tadi sebagai penguat argumenku di awal, laki-laki. No problem untuk yang berargumen ini
film lebih mengunggulkan kisah percintaannya, kalo aku boleh menanggapi sih,
yaa itu strategi pasarnya aja. Aku bukan orang ekonom, tapi semoga aku berjodoh
dengan ekonom #eh Aminkan...^^
Next...
Perkara kedua; Laki-laki Bisa Baper enggak sih?
Jika ada pertanyaan, siapa yang lebih mudah baper,
laki-laki atau perempuan? Insyaallah, jika survey
ini benar-benar ada, 9 dari 10 orang akan menjawab perempuan. Dengan alasan,
laki-laki itu pakek logika, perempuan yang suka main perasaan. Tuh kan...
#Baper tisu, tisu, tisu #GayaPenjualTisudiLampuMerah
I Agree that bla bla ... (Apa sih.. )
Aku pun akan menjawab
perempuan kalo ditanya kek gitu. Bisa jadi itulah alasan kenapa pikiranku jadi
liar dengan bertanya-tanya, laki-laki
bisa #Baper enggak sih? Bisa jadi, 9 dari 10 orang pun akan menjawab bisa,
atau bahkan semuanya jawab bisa. Well,
untuk yang penasaran kenapa aku bisa punya pikiran liar kayak gini, aku akan
jelasin alasannya ketika kita you
setuju jumpa tengah. #Halah
Again and again ada scane
wajib Mas Fedi Nuril di film ini.
Check this...
Jangan pernah cari ini di AAC 2
Setidaknya dari semua
film si Abang yang aku tonton semuanya punya potongan gambar ini. Entah apa
maksudnya. Tapi aku suka bilang ini muka bodoh si Abang. Punten Mas.... “Aku
hancur, aku hancur sehancur-hancurnya, Fahri..”
Andaikan kabut
Tak
menyulam hari hingga berlarut-larut
Andaikan
hidup ada harapan
Apa lagi sih ini???
Okey. I’m
so sorry, Mas Fedi Nuril. Kalau
abang keberatan, mungkin aku akan menyamplok permohonan Keira waktu itu: “Nikahi
aku Fedi Nuril. Nikahi aku....” #Bapeeeeeeeeeeeeeeeerrr
#SemogaCalonSuamikudiMasaDepanEnggakBaper_KetikaMenemukanTulisan_INI.
#Halah
Scane itu, saat Doktor Fahri ditanya oleh Mahasiswanya that His opinion about Islam
memposisikan perempuan sebagai gender kedua. And then... munculnya Hulya dengan argumennya yang memukau. Dan
terjadi lagi... kisah lama yang terulang kembali ... (Nyanyi...) Potongan
gambar itu Bang. Hahahah
Oke... kita serius sekarang.
Scane inilah yang menjadi jawaban dari
pertanyaanku. Jadi, muka_ #Halah punten
ya mas... tapi potongan gambar itulah yang memberi aku jawaban. Serius kawan,
itu muka #Baper looh. Yang laki-laki ayo ngaku! Ngaku aku bilang! Kalau Kalian
juga bisa Baper! Ngaku, aku bilang NGAKU! Parang mana parang??
Loh loh...
Finally, maaf untuk yang sudah memutuskan baca lantas
kecewa. Bukannya dapat riview-an malah curhatan. Tapi aku sportif, kalau bagus
aku bilang bagus, suka aku bilang suka.
Kalau
cinta ya bilang cinta ... (Nyanyi)
#Halah
Buat yang belum sempat nonton, atau sengaja nunggu
yang gratis dan lebih murah... aku saranin sih, film ini harus kalian tonton.
Tapi percayalah, nunggu siaran TV swasta menayangkan itu jauh lebih terhormat
kawan.. #Halah
Silahkan share
tulisan ini jika menurut kalian perlu diketahui lebih banyak orang lagi. However, terima kasih yang tak terkira
untuk yang udah bertahan baca sampe akhir. Jangan bosan, yaa. Tunggu tulisanku
yang lainnya, baca tulisanku sebelumnya juga boleh, linknya ada di widget. See ya
No comments:
Post a Comment