Terkadang, kalau mendengar kata ‘Pernikahan’, bagi para aktivis JOSH
(JOmblo Sampai Halal) pasti sedikit nyesek. Enggak jauh beda nyeseknya pas
dapat lontaran pertanyaan kapan nikah?
Namun, tetap aja, ketika kabar pernikahan itu datangnya dari teman atau orang
terdekat kita, bahagianya itu nular.
Nah, karena itu kali ini
aku mau sharing tulisan tentang isu
ini lagi. Tapi kali ini fact story.
Sebenarnya mau di tayangin di hari yang sama dengan resepsinya. Tapi yah
begitulah. Butuh waktu 50 hari 50 malam kalau harus menceritakan ulang
alasannya. Pembaca budiman dan budiwati mau bertahan sampai akhir tulisan ini
aja, aku sudah bersyukur. Plus, yang bersangkutan juga ikut nangkring baca
sampai habis....
Dia temanku, sudah hampir
genap 10 tahun sejak pertama kali kami bertemu dan saling mengenal nama.
Sayang, baik aku apalagi dia pasti tidak ingat hari, tanggal apalagi jam saat
peristiwa bersejarah itu berlangsung. Yang pasti tempatnya di lokasi Yayasan
Nurul Ilmi, apakah itu di halaman, ruang makan, kelas, atau bahkan bangsal
tempat biasa kami merebahkan badan akupun tidak ingat persisnya. Tapi dia
seseorang yang baru terlahir ke dunia saat usiaku sudah satu tahun lebih satu
hari.
Sudah terlalu banyak waktu
yang pernah kami habiskan bersama. Dan, aku ingat dia adalah orang pertama yang
blak-blakan mengatakan kalau aku
adalah orang yang datar, tenang dan seterusnya. Persis, katanya itu persis sama
dengan sifat aslinya dia. Mungkin, untuk orang-orang penganut faham zodiakisme akan beralasan: itu karena
kami dilahirkan di saat rasi bintang membentuk rasi yang sama. Aku sendiri
tidak yakin, apa kami benar-benar memiliki karakter yang sama, meski waktu dan
jarak panjang yang pernah kami tempuh bersama telah bercerita.
Hari itu dia transit di
kamarku sebelum kembali ke tanah kelahirannya. Entah apa yang kami bicarakan,
karena kami memang selalu banyak bicara. Tapi aku ingat dia mengungkapkan
kekecewaan pada dirinya sendiri. Yah, dia baru saja memutuskan kabur dari
asrama setelah sebelumnya ber-azzam
untuk menyelesaikan hafalannya. Meski dia hampir menghabiskan 24 jam berada di
Medan waktu itu, tapi kami cuma punya sedikit jam saja untuk bersama. Dia orang
yang paling tau dengan rutinitasku sebagai pengacara (read: PENGangguran banyak
ACARA).
Bisa jadi tidak semua hal
tentang dia aku tahu, seperti dia juga belum tentu tau semua hal tentangku.
Tapi, dia memberi aku kesempatan untuk sedikit tau bagaimana proses menuju hari
dia didudukkan di singgasana sebagai ratu sehari. Dari proses dia masih
menerka-nerka siapa pangeran yang
berani mengusik ketenangan biliknya di istana orang tua, sampai akhirnya
setelah sekian lama aku tidak tertawa selepas itu, aku tertawa bahagia saat
berhasil menebak siapa orangnya. Ah, siapapun pasti tidak akan tau pada siapa
ia akan dijodohkan kelak.
“Dia dekat samamu Can...,”
itu clue paling ditekankan saat aku
menebak.
Meski aku sempat
menertawakan, tapi sejauh ini, sebelumnya aku belum pernah merasa benar-benar
ikut bahagia seperti bahagia yang kurasakan saat melihat langsung mereka
akhirnya syah menjadi pasangan suami-istri.
“Sejauh yang kutau, tidak
ada hal negatif yang perlu dicela dari abang itu, Ci. Dia enggak ada beban orangnya,
sayang sama orang tua, pekerja keras, dan sudah pasti baik agamanya.
Satu-satunya alasanmu untuk menolak adalah kalau kau merasa dia itu kurang
ganteng,” kataku memberi penjelasan. (Waktu dengar itu dia bilang akan
mengadukan ini sama si abang, udahkah bang??? hahahah...)
Sekarang biduk itu telah
berlayar memasuki bulan kedua. Aku merasa tersanjung bisa menjadi persinggahan
ibu mertuanya meski hanya sebentar. Walau ada sedikit scane konyol waktu itu. Mungkin si Abangnya akan berujar “maila au...” setelah kejadian itu. Sayang,
aku tidak bisa melihat langsung muka merah padamnya... (Na, suami orang,
orangnya kawanmu lagi... hahahh)
Tapi, dari sepenggal
cerita sang ibu mertua. Aku yakin hari ini dia telah membuktikan pernyataanku.
“Rumah kalian enggak akan sepi, Ci. Bahkan sebelum kalian punya anak pun, rumah
kalian akan selalu rame karena kalian berdua.”
foto diambil dari poto profil fb si kawan, izin yaakk
Yah, mereka adalah dua
orang yang akhirnya menemukan harta karun tempat rahasia jodohnya
disembunyikan. Jika dikatakan mereka dua orang yang sangat dekat denganku, bisa
jadi tidak juga. Tapi bila diulur benang merahnya, mereka memang dua orang yang
ku kenal dan saling kenal sebelumnya. Dan aku sangat yakin, tidak ada peristiwa
yang menyalahi syariat yang mereka lakukan sebelumnya, sebelum akhirnya mereka
memutuskan untuk menyempurnakan setengah agamanya.
Apa-apa yang diawal telah
dikerjakan dengan prosedur sebagaimana yang disyariatkan Allah SWT., pasti akan
Allah jaga kebaikannya. Maka akupun yakin Allah akan menjadikan pernikahan
mereka seperti ungkapan yang dibuat Kang Abay dalam lirik lagu “Arasy Cinta”; sehidup sesurga.
Bagi para pejuang jomblo
(eheeemmm...) percaya saja pada janji Allah bahwa: “Laki-laki yang baik-baik
untuk perempuan yang baik-baik.”
Aku ingat kalimat si kawan ini saat kami duduk berdua di
trotoar Unit 1 FMIPA USU. “Alhamdulillah ya Can, Allah menjaga kita. Mudah-mudahkan
kita dijodohkan dengan laki-laki yang jauh lebih baik.” Sekarang aku sudah
melihat dia dipertemukan dengan laki-laki itu. Karena dalam kalimat itu ada
kata ‘kita’ yang dalam maksud luasnya ‘aku dan dia’, bukankah artinya aku
tinggal menunggu gilirannya saja?
No comments:
Post a Comment