Sunday, June 4, 2017

Rahasia Jodoh

Terkadang, kalau mendengar kata ‘Pernikahan’, bagi para aktivis JOSH (JOmblo Sampai Halal) pasti sedikit nyesek. Enggak jauh beda nyeseknya pas dapat lontaran pertanyaan kapan nikah? Namun, tetap aja, ketika kabar pernikahan itu datangnya dari teman atau orang terdekat kita, bahagianya itu nular.
            Aku pernah buat tulisan tentang hal paling sensitif ini, silahkan di check di laman ini: Baca .Sekedar info aja, pertama kali tulisan dalam versi revisinya di muat keesokan hari setelah tayang, pemilik website mengabarkan kalau tulisan itu masuk rating paling banyak pengunjung. Bahkan, sampai sebulan tulisan itu masih masuk rating 10 besar tulisan paling banyak dikunjungi. Enggak salah donk yaa, kalau isu beginian sedikit sensitif tapi banyak diminati.
            Nah, karena itu kali ini aku mau sharing tulisan tentang isu ini lagi. Tapi kali ini fact story. Sebenarnya mau di tayangin di hari yang sama dengan resepsinya. Tapi yah begitulah. Butuh waktu 50 hari 50 malam kalau harus menceritakan ulang alasannya. Pembaca budiman dan budiwati mau bertahan sampai akhir tulisan ini aja, aku sudah bersyukur. Plus, yang bersangkutan juga ikut nangkring baca sampai habis....
            Dia temanku, sudah hampir genap 10 tahun sejak pertama kali kami bertemu dan saling mengenal nama. Sayang, baik aku apalagi dia pasti tidak ingat hari, tanggal apalagi jam saat peristiwa bersejarah itu berlangsung. Yang pasti tempatnya di lokasi Yayasan Nurul Ilmi, apakah itu di halaman, ruang makan, kelas, atau bahkan bangsal tempat biasa kami merebahkan badan akupun tidak ingat persisnya. Tapi dia seseorang yang baru terlahir ke dunia saat usiaku sudah satu tahun lebih satu hari.
            Sudah terlalu banyak waktu yang pernah kami habiskan bersama. Dan, aku ingat dia adalah orang pertama yang blak-blakan mengatakan kalau aku adalah orang yang datar, tenang dan seterusnya. Persis, katanya itu persis sama dengan sifat aslinya dia. Mungkin, untuk orang-orang penganut faham zodiakisme akan beralasan: itu karena kami dilahirkan di saat rasi bintang membentuk rasi yang sama. Aku sendiri tidak yakin, apa kami benar-benar memiliki karakter yang sama, meski waktu dan jarak panjang yang pernah kami tempuh bersama telah bercerita.
            Hari itu dia transit di kamarku sebelum kembali ke tanah kelahirannya. Entah apa yang kami bicarakan, karena kami memang selalu banyak bicara. Tapi aku ingat dia mengungkapkan kekecewaan pada dirinya sendiri. Yah, dia baru saja memutuskan kabur dari asrama setelah sebelumnya ber-azzam untuk menyelesaikan hafalannya. Meski dia hampir menghabiskan 24 jam berada di Medan waktu itu, tapi kami cuma punya sedikit jam saja untuk bersama. Dia orang yang paling tau dengan rutinitasku sebagai pengacara (read: PENGangguran banyak ACARA).
            Bisa jadi tidak semua hal tentang dia aku tahu, seperti dia juga belum tentu tau semua hal tentangku. Tapi, dia memberi aku kesempatan untuk sedikit tau bagaimana proses menuju hari dia didudukkan di singgasana sebagai ratu sehari. Dari proses dia masih menerka-nerka siapa pangeran yang berani mengusik ketenangan biliknya di istana orang tua, sampai akhirnya setelah sekian lama aku tidak tertawa selepas itu, aku tertawa bahagia saat berhasil menebak siapa orangnya. Ah, siapapun pasti tidak akan tau pada siapa ia akan dijodohkan kelak.
            “Dia dekat samamu Can...,” itu clue paling ditekankan saat aku menebak.
            Meski aku sempat menertawakan, tapi sejauh ini, sebelumnya aku belum pernah merasa benar-benar ikut bahagia seperti bahagia yang kurasakan saat melihat langsung mereka akhirnya syah menjadi pasangan suami-istri.
            “Sejauh yang kutau, tidak ada hal negatif yang perlu dicela dari abang itu, Ci. Dia enggak ada beban orangnya, sayang sama orang tua, pekerja keras, dan sudah pasti baik agamanya. Satu-satunya alasanmu untuk menolak adalah kalau kau merasa dia itu kurang ganteng,” kataku memberi penjelasan. (Waktu dengar itu dia bilang akan mengadukan ini sama si abang, udahkah bang??? hahahah...)
            Sekarang biduk itu telah berlayar memasuki bulan kedua. Aku merasa tersanjung bisa menjadi persinggahan ibu mertuanya meski hanya sebentar. Walau ada sedikit scane konyol waktu itu. Mungkin si Abangnya akan berujar “maila au...” setelah kejadian itu. Sayang, aku tidak bisa melihat langsung muka merah padamnya... (Na, suami orang, orangnya kawanmu lagi... hahahh)
            Tapi, dari sepenggal cerita sang ibu mertua. Aku yakin hari ini dia telah membuktikan pernyataanku. “Rumah kalian enggak akan sepi, Ci. Bahkan sebelum kalian punya anak pun, rumah kalian akan selalu rame karena kalian berdua.”

foto diambil dari poto profil fb si kawan, izin yaakk

            Yah, mereka adalah dua orang yang akhirnya menemukan harta karun tempat rahasia jodohnya disembunyikan. Jika dikatakan mereka dua orang yang sangat dekat denganku, bisa jadi tidak juga. Tapi bila diulur benang merahnya, mereka memang dua orang yang ku kenal dan saling kenal sebelumnya. Dan aku sangat yakin, tidak ada peristiwa yang menyalahi syariat yang mereka lakukan sebelumnya, sebelum akhirnya mereka memutuskan untuk menyempurnakan setengah agamanya.
            Apa-apa yang diawal telah dikerjakan dengan prosedur sebagaimana yang disyariatkan Allah SWT., pasti akan Allah jaga kebaikannya. Maka akupun yakin Allah akan menjadikan pernikahan mereka seperti ungkapan yang dibuat Kang Abay dalam lirik lagu “Arasy Cinta”; sehidup sesurga.
            Bagi para pejuang jomblo (eheeemmm...) percaya saja pada janji Allah bahwa: “Laki-laki yang baik-baik untuk perempuan yang baik-baik.”

Aku ingat kalimat si kawan ini saat kami duduk berdua di trotoar Unit 1 FMIPA USU. “Alhamdulillah ya Can, Allah menjaga kita. Mudah-mudahkan kita dijodohkan dengan laki-laki yang jauh lebih baik.” Sekarang aku sudah melihat dia dipertemukan dengan laki-laki itu. Karena dalam kalimat itu ada kata ‘kita’ yang dalam maksud luasnya ‘aku dan dia’, bukankah artinya aku tinggal menunggu gilirannya saja?

No comments:

Post a Comment