Al-Qur’anu
Dusturuna
Apakah
yang kita cari di kehidupan ini jika bukan keridhaan-Nya ? Lalu apa yang kita
harapkan lagi jika bukan setiap detik yang berlalu, langkah yang berpijak
hingga nafas yang berdesah diliputi dengan keberkahan-Nya.
Artinya:
“Kitab (Al-Qur’an) yang Kami turunkan kepadamu penuh berkah agar mereka menghayati ayat-ayatnya dan agar orang-orang yang berakal sehat mendapat pelajaran.”
Ada 3 point penting yang disampaikan
satu ayat dari 6000-an ayat yang ada di Al-Qur’an ini:
- 1. Kitaabun anzalnaahu ilaika mubaarak
Kitab Al-Qur’an yang Kami turunkan padamu penuh berkah.
Nyatalah bahwa ayat ini telah
menerangkan bahwa Al-Qur’an yang diwariskan sebagai pedoman hidup kita ini
telah Allah turnkan penuh keberkahan. Dan sudah seharusnyalah “Keberkahan
Al-Qur’an ini sebagai titian kita untuk menta’ati Allah.”
Lalu
bagaimana menilai keberkahan ?
Kita
pasti sudah tahu bahwa lambung kita bukanlah sepenuhnya diisi makanan. Ia
haruslah dibagi tiga. Satu bagian untuk makanan, satu bagian untuk air dan satu
bagian sisanya untuk udara. Kita pun pasti sudah hafal diluar kepala sebait
do’a yang kita panjatkan ketika menghadapi hidangan. Doa itu berisi harapan
keberkahan dari Allah atas apa yang kita makan. Allahumma bariklana fiima razaqtanaa waqinaa adzabannar.
Mudah
saja menilai apakah Allah kabulkan do’a kita. Yakni ketika lepas makan apakah
semakin membuat kita bersemangat untuk menta’ati Allah, atau malah membuat kita
menjadi insan yang suka bermalas-malasan.
Kita
pun pasti pernah bahkan sering mendengar sebait do’a ini:
Barakallah lakuma wa barakah alaikuma wajama’a baina kuma fii khoir
Atau,
Semoga menjadi keluarga sakinah, mawaddah warahmah.
Yah,
itu adalah sebait do’a yang biasa dipanjatkan untuk dua insan yang baru saja
atau sedang melangsungkan walimatul ursy. Dan masih sama, orang yang mendo’akan
berharap semoga Allah karuniakan keberkahan dalam pernikahannya. Dan seperti
kita tahu melalui lisan Rasulullah, bahwa menikah adalah sunnahnya untuk
menyempurnakan setengah agama. Lantas, ketika setelah menikah justru menjadikan
amalannya semakin menurun. Maka ketika itulah grafik keberkahan Allah perlahan
melepaskan diri dari ikatan halal tersebut. Bisa jadi, kurang banyak orang yang
mendo’akan, bias jadi ada yang menyalahi syari’at dalam proses berlangsungnya
pernikahan dan lain sebagainya.
Ustadz
Abdul Aziz Abdur Rauf Al-Hafidz pernah berkata: “Keberkahan itu sedikit, tapi
kebaikan amalnya banyak.” Hal ini tak jauh berbeda dengan perintah Rasul, bahwa
ketika sedang makan, makanlah sampai tidak ada yang tersisa, sebab kita tidak
tahu butiran nasi yang mana yang membawa keberkahan diantara banyaknya butiran
nasi yang kita makan.
- 2) Liyaddabbaruu aayaatihi
Agar mereka menghayati ayat-ayatnya.
Di
sini liyaddabbaru ditafsirkan dengan menghayati. Menghayati
dapat pula diartikan menghidupkan. Artinya, ayat ini telah mengundangkan kepada
kita, sebagai ahli warisnya untuk “Menghidupkan Al-Qur’an di kehidupan kita.”
Dan
ini mengandung makna yang sangat luas. Kita bukan hanya diperintah untuk
membacanya lalu mentadabburi tapi juga mengamalkannya ayat-ayatnya.
Mari
perhatikan,
Ketika
seorang mukmin berpuasa, ia baru mengamalkan satu ayat saja dari ribuan ayat,
Al-Baqarah : 183. Ketika seorang muslimah menutup auratnya, ia baru mengamalkan
dua ayat saja di dalam Al-Qur’an. Demikian selanjutnya. Dan yang terberat dalam
pengamalan ini adalah ketika kita dihadapkan dengan ayat-ayat yang berisi
paradigm, yang berkaitan dengan amalan-amalan hati. Seperti bagaimana mencintai
Allah di atas segala-galanya. Meski demikian, inilah cara kita untuk mengukur
keimanan kepada-Nya.
- 3) Waliyatadzakkara ulul al baab
Dan agar orang-orang yang berakal sehat mendapat pelajaran.
Nah,
poin yang terakhir berkaitan dengan orang yang berakal sehat (ulul al baab). Seakan Allah jelaskan,
keberkahan Al-Qur’an akan menjadikan kita hamba yang ta’at pada Rabbnya,
menghidupkan Al-Qur’an di kehidupannya, hanya saja orang yang berakal sehatlah
yang bias menerima ini.
Semoga Allah ridhai kita termasuk diantaranya. Mari sama-sama berazzam bahwa detik setelah ini adalah detik-detik memantaskan diri mendapatkan keridhaan dan keberkahannya. Aamiin. Allahu a’lam bis shawab.
(Dipublish pertama kali oleh: bersamaislam.com )
No comments:
Post a Comment